Jumat, 08 April 2011
Nasib Kelompok Yahudi di Indonesia
Oleh Jean van de Kok
Ulasan pers kali ini menyorot Islam dan Yahudi dua agama yang masuk sorotan media. Bagaimana Islam bisa menyesuaikan diri di Belanda dan nasib kelompok Yahudi di Indonesia.
Amsterdam memiliki minoritas Islam asal luar Belanda yang cukup besar. Lalu bagaimana menyesuaikan budaya Islam asal luar Belanda ini dalam kehidupan kota yang sekuler.
Harian Belanda Trouw menurunkan wawancara dengan walikota Amsterdam, Job Cohen. Ia sendiri keturunan Yahudi dan menyatakan dulu ketika migran Yahudi masuk Belanda, maka ratusan tahun dibutuhkan untuk mengintegrasikan mereka.
Salah satu masalah yang mengganjal hubungan muslim dengan orang Belanda adalah busana muslimah yang disebut burka. Busana yang hampir menutup seluruh tubuh perempuan kecuali matanya.
Sedih
Memang di Belanda ada pemisahan antara agama dan negara, namun ini bukan berarti burka dilarang di tempat umum. Walikota Job Cohen dari Amsterdam menyatakan ia merasa sedih kalau menyaksikan seorang wanita menggunakan burka.
Untuk pekerjaan yang membutuhkan hubungan langsung dengan orang lain, misalnya seorang guru dengan muridnya, maka bisa diwajibkan tidak mengenakan burka. Kalau sampai ia dipecat karena menolak, maka wanita yang menggunakan burka ini tidak boleh menerima tunjangan pengangguran, ia menganggur karena salah sendiri.
Demikian Job Cohen, walikota Amsterdam seperti dikutip Trouw.
Sebenarnya tahun 2006, seorang pejabat kotamadya Amsterdam Ahmad Abouthaleb, yang adalah seorang muslim, sudah mengusulkan larangan tunjangan pengangguran untuk mereka yang menggunakan burka.
Tunjangan
Trouw menyatakan ketika kota Diemen melakukan hal ini pengadilan menghalanginya. Parlemen Belanda akhirnya menyetujui undang-undang yang memotong tunjangan seorang wanita berburka yang menganggur gara-gara pakaiannya.
Namun menarik total tunjangan pengangguran untuk kelompok ini hanya disetujui fraksinya Geert Wilders, politikus ekstrim anti muslim.
Cohen juga menyatakan ia berusaha mengayomi penduduk Amsterdam, namun hal ini sering dikatakan pro Islam. Ia menolak tuduhan ini, Job Cohen cuma tidak setuju kalau ada orang bilang Islam tidak cocok untuk demokrasi.
Lihat Indonesia negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mereka telah berhasil mengambil langkah positif menuju demokrasi. Demikian Job Cohen, walikota Amsterdam dalam wawancara di Trouw.
Yahudi di Indonesia
Lalu bagaimana nasib minoritas Yahudi di Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia? Laporan ihwal tempat ibadah Yahudi, sinagoga, terakhir di Surabaya diangkat harian sore Belanda NRC Handelsblad.
Pada tahun 60an Surabaya adalah kota dengan kehidupan Yahudi yang semarak. Beda dengan sekarang, masih tertinggal beberapa keluarga Yahudi saja, kurang untuk mengadakan upacara keagamaan. Tempat ibadah ini tutup juga.
Apalagi setelah kerusuhan Januari lalu ketika sinagoga ini diserang aktivis dalam protes menentang perang di Gaza. Bagi orang Indonesia orang Yahudi adalah musuh abstrak yang belum pernah mereka jumpai, fenomena dari jauh: Israel.
Namun ada harapan masa depan kelompok Yahudi di Indonesia akan semakin baik. Akhir-akhir ini di Manado sekelompok warga Yahudi mulai berkumpul dengan tempat ibadah yang baru. Pendirinya Yaakov Baruch berusia 27 tahun dan baru tahu asal usul Yahudinya. Ia tidak dikenal sebagai Yahudi.
"Orang Indonesia mengira orang Yahudi itu orang Amerika kulit hitam," demikian kilahnya dalam laporan harian NRC Handelsblad.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar