Kamis, 14 Juli 2011

Jaga Generasi Muda dari Ajaran Fundamental






Bandarlampung (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Agil Siraj, meminta seluruh kader Muslimat NU untuk menjaga generasi muda, terutama anak-anak agar tidak terlibat dalam jaringan Islam fundamental

"Anak-anak Muslimat NU jangan sampai terlibat NII dan golongan Wahabi yang antitahlilan," katanya dalam sambutannya pada Kongres XVI Muslimat NU di Bandarlampung, Kamis.

Menurut dia, PBNU sepakat bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar negara yang final, tidak dapat tergantikan dengan ideologi lainnya.

Dia juga menambahkan bahwa ajaran Islam bukan sekadar dokumen yang menyampaikan ibadah dan syariat saja.

"Tapi Islam juga menyampaikan ilmu, budaya serta akhlak yang merupakan penopang dan penggerak intelektual," tutur said.

Hal itu terbukti pada masa kemerdekaan, ulama paling banyak menyumbang tenaga serta pikiran untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Ia mengatakan, NU berkomitmen Pancasila dan UUD 45 sebagai satu kesatuan dasar negara yang tak tergantikan.

"Bukan sekadar basa-basi, tapi ini merupakan penegasan dan prinsip bahwa NKRI sudah final," katanya.

Muslimat NU menggelar Kongres XVI di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung.
Acara itu dibuka Wakil Presiden Budiono dan dihadiri sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan jajaran Pemerintahan Provinsi Lampung.

Ketua Umum Muslimat NU Kofifah Indar Parawangsa mengatakan, kongres tersebut dilaksanakan pada 14-18 Juli dengan tema revitalisasi layanan Muslimat NU untuk muslimah Indonesia.

Acara tersebut diikuti oleh 556 pimpinan wilayah se-Indonesia serta dihadiri tiga gabungan istimewa dari Inggris, Saudi Arabia dan Sudan.
(T.ANT-050/R007)

Warta: Pesantren Umar Bin Khattab NTB Bukan Berkultur NU















13/07/2011 19:25
Bima, NU Online

Warga Bolo, kabupaten Bima dikagetkan suara ledakan pada Senin, 11/07/11. Kejadian yang terjadi pukul 15.30 WITA ternyata berasal dari pesantren Umar Bin Khatab. Salah seorang santrinya tewas di tempat. Ledakan itu diduga kuat bersumber dari bom rakitan.

Tim gabungan dari aparat keamanan segera melakukan penyelidikan. Tapi upaya meraka kandas. Para santri dan gurunya yang dilengkapi senjata tajam, menghalang-halanginya.

“Pesantren Umar Bin Khattab bukan berkultur NU,” jelas KH. Malik Madani, Rabu 13/07 di gedung PBNU.

Kiai Malik menambahkan, keberhasilan NU mengelola pendidikan banyak ditiru kelompok lain. Mereka mendirikan pesantren, tapi dengan pemahaman agama yang “berbeda”. Dan anehnya, mengajarkan tindak kekerasan dengan pembenaran agama. Contohnya pesantren Umar Bin Khattab itu.

Berbeda dengan pesantren-pesantren NU yang mengedepankan prinsip tawasuth, tasamuh dan tawazun. Sehingga tak pernah ada ceritanya pesantren berkultur NU melakukan kekerasan, apalagi merakit bom.

“Jadi, mereka hanya meniru pondok pesantren NU dari segi fisiknysa saja. Sementara ajarannya tidak,” tambahnya.

Dia juga menyayangkan pihak Umar Bin Khattab yang menolak pemeriksaan polisi. Seharusnya mereka bekerja sama dengan aparat.

Redaktur: Mukafi Niam
Penulis: Abdullah Alawi