Tampilkan postingan dengan label HAK ASASI MANUSIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HAK ASASI MANUSIA. Tampilkan semua postingan
Jumat, 27 April 2012
'Jangan Biarkan Mahasiswa Dicekoki Ajaran Islam Radikal'
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, terpilih masuk dalam Majelis Wali Amanat perwakilan masyarakat di Universitas Indonesia (UI), dan siap membersihkan kampus tersebut dari aliran Islam radikal.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dinilai sangat berbahaya jika terus menerus dicekoki ajaran Islam radikal. "Mahasiswa itu calon pemimpin bangsa, jangan sampai mereka terus menerus dicekoki ajaran Islam radikal," tegas Kiai Said di Jakarta, Selasa (27/4).
Di kampus UI, lanjut Kiai Said, sebagaimana lokasi perkuliahan umum lainnya saat ini diindikasikan tengah dikuasai oleh aliran Islam radikal. Salah satu indikasinya adanya banyaknya liqa' atau pertemuan-pertemuan di luar kampus yang mengajarkan aliran Islam radikal.
"Sudah banyak laporan yang saya terima. Dan pada kenyataannya memang di kampus-kampus umum seperti UI yang banyak di temukan. Di Universitas islam ada, tapi tidak sebanyak di kampus-kampus umum," urai Kiai Said. Untuk merealisasikan keinginan membersihkan kampus UI dari aliran Islam radikal, Kiai Said akan mengusulkan diperbanyaknya kegiatan ekstra kampus yang bernafaskan Ahlussunnah wal Jamaah.
Kiai Said masuk ke dalam Majelis Wali Amanat perwakilan masyarakat setelah dipilih oleh Senat Akademik Universitas Indonesia (UI), Kamis (26/4). Terdapat 5 nama lain selaing Kiai Said, masing-masing mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Alwi Abdurrahman Shihab, Anugrah Pekerti, Bagir Manan, Endriartono Sutarto.
Sebagai bagian dari Majelis Wali Amanat perwakilan masyarakat, Kiai Said dan sejumlah tokoh lainnya memiliki tugas memberikan nasehar, masukan dan ide-ide baru sebagai gagasan untuk pengembangan UI ke arah yang lebih bagus. Terdapat 3 program yang ingin diterapkannya, yaitu menjadikan UI sebagai universitas yang bisa diandalkan di Indonesia, serta bisa bersaing secara regional maupun internasional.
Kedua adalah membersihkan kampus UI dari kelompok Islam radikal, sementara yang ketiga adalah melaksanakan pemilihan pejabat setingkat rektor, wakil rektor, guru besar, dekan, kepala jurusan dan jabatan-jabatan lainnya secara objektif, bersih dan demokratis.
SOURCE: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,37655-lang,id-c,nasional-t,+Jangan+Biarkan+Mahasiswa+Dicekoki+Ajaran+Islam+Radikal+-.phpx
Labels:
AGAMA,
HAK ASASI MANUSIA,
SEKILAS
Kamis, 26 April 2012
Cibir Mendiang Presiden, Sekjen Pengda FPI Diteriaki "Turun...!"
Habib Noval, Sekjen Pengurus Daerah (Pengda) Front Pembela Islam (FPI) diminta turun panggung saat memberikan ceramah agama di Graha Mahbub Djunaidi PB PMII (Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Jakarta, Senin (16/4) malam lalu. Ia diundang oleh Panitia Harlah PMII ke-52 tahun untuk memberikan nasihat di Pengajian Maulid Nabi SAW dan Tasyakuran Harlah PMII ke 52.
Noval adalah pembicara ketiga setelah Arif Mudatsir Mandan, ketua alumni PMII dan KH. Nuril Huda, seorang pendiri PMII di tahun 1960. Dalam ceramah agamanya, Noval berpesan agar para kader PMII turut partisipasi menegakkan syariat Islam. Untuk hal ini, kader PMII tampak setuju karena PMII adalah organisasi underbouw kemahasiswaan NU yang berhaluan Islam Ahlussunnah wal Jama‘ah dan kesetiaan pada 4 pilar bangsa, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Dalam ceramah panjangnya, Noval menyebut-nyebut sejumlah ideologi yang dianggapnya anti syariat Islam. Liberalisme menjadi dominan dalam isi ceramahnya. Ia membilang sejumlah orang yang dianggap antek liberal. Ulil Abshar Abdalla nama yang kerap disebut. “Kami siap membunuh mereka yang anti syariat,” tandas Noval dengan penuh emosi di atas panggung.
Malam semakin larut, ceramah masih kondusif. Suasana mulai berubah ketika Noval beralih ke nama lain. Gus Dur, sapaan hangat KH AbdurrahmanWahid, presiden ke-4, dikatakan telah menghina Islam. Gus Dur dinilainya telah melanggar undang-undang penistaan agama dengan opini bahwa Alquran adalah kitab porno.
Ceramah yang terlalu panjang dengan larutnya malam semakin tidak proporsional. Gus Dur yang di mata kader PMII sebagai teladan aktivis rakyat, mulai digambarkan Noval dengan sebutan yang tidak pantas. Dari setiap sudut dan jajaran depan, suara yang meminta Noval turun panggung diteriakkan.
Ceramah Noval dinilai tidak sesuai dengan nafas Harlah PMII ke-52 yang bertema ‘Kembalikan Kedaulatan ke Tangan Rakyat’. Bagi kader PMII, Gus Dur adalah aktivis yang memahami jiwa dan karakter rakyat. Karenanya, kader PMII tidak gampang saja menerima hasutan Noval.
Mendengar tuntutan untuk turun panggung, Noval tampak gugup. Di luar dugaan, orasinya mendapat reaksi yang luar biasa. Noval lalu mencoba mengatur diri dengan mengubah isi pembicaraan. Sebelum turun panggung, ia mengucapkan selamat ulang tahun kepada PMII ke-52.
Pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tasyakuran Harlah PMII ke-52 ini juga dihadiri oleh lebih dari 200 kader PMII. Posisi PB PMII di Salemba Tengah, persis di simpang tiga jalanan. Membeludaknya para hadirin yang mengitari panggung, mempersempit badan jalan. Namun begitu, arus lalu lintas tatap mengalir lancar atas bantuan sejumlah kader PMII dan pemuda setempat.
SOURCE: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,37526-lang,id-c,nasional-t,Jelekkan+Gus+Dur++Sekjen+Pengda+FPI+Diteriaki++Turun+++++-.phpx
Labels:
AGAMA,
HAK ASASI MANUSIA,
SEKILAS
Muhammadiyah Inginkan Pemerintah Ratifikasi FCTC
Sebagai salah satu negara penginisiasi Kerangka Kerja Konvensi tentang Pengendalian Tembakau atau yang sering disebut FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), sungguh menjadi ironi ketika Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi produk yang diperuntukkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia.
hal tersebut disampaikan wakil sekretaris Lembaga Hubungan Luar Negeri Pimpinan Pusat Muhammadiyah Deni Wahyudi Kurniawan saat ditemui di gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya No.62, Jakarta Pusat, Selasa (24/04/2012). Menurut Deni, hal tersebut yang mendasari lembaga Hubungan Luar Negeri dan Majelis Pembina Kesehatan PP Muhammadiyah dan lembaga lainnya pada Jum'at 20 April 2012 lalu berdialog dengan Komnas HAM dalam rangka mendesak pemerintah untuk segera meratifikasi FCTC. Deni Wahyudi menambahkan, rencana ratifikasi FCTC merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam melindungi rakyatnya dan hal tersebut sejalan dengan UUD 1945 dan sama sekali tidak bertentangan. Dengan angka kematian akibat rokok yang cukup tinggi di Indonesia menurut Deni, adalah sangat wajar seandainya pemerintah menjalankan konvensi tersebut.
"FCTC adalah perjanjian supranasional yang bertujuan untuk melindungi generasi sekarang dan mendatang dari kesehatan buruk, konsekuensi sosial, lingkungan dan ekonomi dari konsumsi tembakau dan paparan asap tembakau, dengan memberlakukan serangkaian standar universal yang menyatakan bahaya tembakau dan membatasi penggunaannya dalam segala bentuk di seluruh dunia, Artinya, FCTC adalah salah satu bentuk Penegakan Nilai Hak Asasi Manusia Universal," jelas Deni. Muhammadiyah menurut Deni, mempunyai kepentingan terhadap diratifikasinya FCTC, karena salah satu keinginan Muhammadiyah adalah meningkatnya kesejahteraan dan terjaganya kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang tidak lain juga merupakan warga Muhammadiyah.
Traktat Kerangka KerjaPengendalian Tembakau dari Badan Kesehatan Dunia ini (FCTC WHO) adalah perjanjian yang disetujui oleh Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-56 pada 21 Mei 2003. FCTC WHO menjadi traktat internasional pertama yang didiadopsi berdasarkan Pasal 19 dari konstitusi WHO. Perjanjian itu mulai berlaku pada tanggal 27 Februari 2005. FCTC telah ditandatangani oleh 168 negara dan mengikat secara hukum di 174 negara yang meratifikasi maupun yang mengaksesi atau sekitar 90 persen negara di dunia. Indonesia sebagai salah satu Negara penginisiasi FCTC gagal untuk meratifikasi bahkan belum mengaksesi FCTC.
SOURCE: http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-1069-detail-muhammadiyah-inginkan-pemerintah-ratifikasi-fctc.html
Labels:
EKONOMI SYARIAH,
HAK ASASI MANUSIA,
SEKILAS,
TENAGA KERJA
PBNU: Monopoli Sumber Produksi Langgar Sunnah Nabi
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menilai, faktor utama kemunduran ekonomi negara Indonesia terletak pada keserakahan segelintir orang untuk memonopoli cabang-cabang produksi penting yang menguasai hajat hidup orang banyak. Selain menyengsarakan rakyat, kejahatan ini bertentangan dengan pesan mulia Nabi Muhammad SAW.
“Rasululah bersabda 14 abad yang lalu, tsalaasun annaasu fiihi syuraka’ al-maa’u, wan nar, wal kalaa’. Tiga hal yang harus dimiliki oleh rakyat, tidak boleh ada yang memonopoli: air, energi dan hutan,” tegasnya di depan ratusan kader NU dalam Pengukuhan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2012-2017 di Jakarta, Selasa (25/4) malam.
Hadir dalam kesempatan itu, Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudz, Wakil Rais Aam KH Mustofa Bisri, Ketua Mahkamah Konstitusi Mohammad Mahfud MD, Ketua DPR Marzuki Ali, Ketua BPK Hadi Purnomo, dan sejumlah petinggi negara lainnya.
Menurut Kang Said, praktik monopoli yang hingga kini masih terasa telah mengakibatkan kehidupan masyarakat di Tanah Air mengalami kesenjangan dan krisis yang tak kunjung usai.
“Selama warning Rasululah masih dilanggar, krisis tidak akan berhenti. Selama energi, batu bara, gas, minyak, dimonopoli oleh pengusaha-pengusaha swasta yang males bayar pajak itu. Selama hutan dirusak lewat illegal logging. Krisis ekonomi tidak akan selesai.”
Kang Said menyatakan bahwa klausul dalam Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 33 yang mengatur paradigma perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial sudah segaris dengan sunnah Nabi. Sehingga, pelanggaran terhadap pasal ini berarti pula pelanggaran terhadap semangat yang dijunjung Islam.
Ia berharap, dalam mengambil kebijakan ekonomi nasional pemerintah bisa bersikap lebih independen. Sebab telah terbukti ketergantungan republik ini pada skema ekonomi global membuat perekonomian Indonesia tidak berdaya dan melupakan misi kesejahteraan bagi rakyatnya sendiri.
“Saat kurs keuangan yang di sana (negara-negara maju, red) melambung saja, kita sudah mengalami krisis. Ini bukti bahwa rupiah kita sama sekali tak berdaya,” katanya.
SOURCE: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,37625-lang,id-c,nasional-t,Kang+Said++Monopoli+Sumber+Produksi+Langgar+Sunnah+Nabi-.phpx
“Rasululah bersabda 14 abad yang lalu, tsalaasun annaasu fiihi syuraka’ al-maa’u, wan nar, wal kalaa’. Tiga hal yang harus dimiliki oleh rakyat, tidak boleh ada yang memonopoli: air, energi dan hutan,” tegasnya di depan ratusan kader NU dalam Pengukuhan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2012-2017 di Jakarta, Selasa (25/4) malam.
Hadir dalam kesempatan itu, Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudz, Wakil Rais Aam KH Mustofa Bisri, Ketua Mahkamah Konstitusi Mohammad Mahfud MD, Ketua DPR Marzuki Ali, Ketua BPK Hadi Purnomo, dan sejumlah petinggi negara lainnya.
Menurut Kang Said, praktik monopoli yang hingga kini masih terasa telah mengakibatkan kehidupan masyarakat di Tanah Air mengalami kesenjangan dan krisis yang tak kunjung usai.
“Selama warning Rasululah masih dilanggar, krisis tidak akan berhenti. Selama energi, batu bara, gas, minyak, dimonopoli oleh pengusaha-pengusaha swasta yang males bayar pajak itu. Selama hutan dirusak lewat illegal logging. Krisis ekonomi tidak akan selesai.”
Kang Said menyatakan bahwa klausul dalam Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 33 yang mengatur paradigma perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial sudah segaris dengan sunnah Nabi. Sehingga, pelanggaran terhadap pasal ini berarti pula pelanggaran terhadap semangat yang dijunjung Islam.
Ia berharap, dalam mengambil kebijakan ekonomi nasional pemerintah bisa bersikap lebih independen. Sebab telah terbukti ketergantungan republik ini pada skema ekonomi global membuat perekonomian Indonesia tidak berdaya dan melupakan misi kesejahteraan bagi rakyatnya sendiri.
“Saat kurs keuangan yang di sana (negara-negara maju, red) melambung saja, kita sudah mengalami krisis. Ini bukti bahwa rupiah kita sama sekali tak berdaya,” katanya.
SOURCE: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,37625-lang,id-c,nasional-t,Kang+Said++Monopoli+Sumber+Produksi+Langgar+Sunnah+Nabi-.phpx
Labels:
AGAMA,
EKONOMI SYARIAH,
HAK ASASI MANUSIA,
SEKILAS,
TENAGA KERJA
Rabu, 22 Februari 2012
NU: Palestina Harus Merdeka
Jakarta, NU Online - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersikap Palestina harus menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat. Karena itu dukungan kepada rakyat Palestina terus diberikan hingga mendapatkan apa yang menjadi hak mereka.
"Sikap kita tetap tidak berubah, Palestina harus menjadi Negara yang berdaulat," kata Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, saat berdiskusi dengan Ketua PBNU Slamet Effendi Yusuf, dan Sekjend PBNU Marsudi Syuhud di Jakarta, Rabu (22/2).
Diskusi terbatas dilakukan atas permintaan Mas Slamet, demikian Slamet Effendi Yusuf biasa dipanggil, yang akhir Februari mendatang akan bertolak ke beberapa negara dengan kapasitasnya sebagai tokoh Nahdlatul Ulama.
"Sikap resmi PBNU ini penting untuk saya sampaikan langsung kepada para pejabat Israel dan Negara-negara lainnya yang akan saya temui," kata Mas Slamet sambil menyebut sejumlah negara tujuan di kawasan Asia dan Eropa.
Mas Slamet menambahkan, bahwa konstalasi politik di Timur Tengah dan perubahannya perlu dicermati Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari populasi muslim terbesar di dunia. "Saya perlu berdiskusi soal ini agar nanti di forum internasional berhati-hati dan tepat dalam menyampaikan pandangan NU," jelasnya.
Diskusi terbatas juga dihadiri Wasekjend PBNU Imdadun Rahmat, Ketua Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN) PBNU Sulton Fatoni, serta dan Sekretaris RMI PBNU, Miftah Faqih.
source: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/36533/Warta/NU__Palestina_Harus_Merdeka.html
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Selasa, 24 Januari 2012
Waria Meulaboh Dihormati Warga
Waria alias wanita pria di Meulaboh semakin hari jumlahnya kian bertambah. Mereka bekerja di sebagian salon dan toko roti, namun malam hari party–party kecil mereka adakan sebagai ajang tempat berkumpul. Laporan Lola Alfira, reporter radio Fas FM, Meulaboh.
Para waria tersebut menolak bersosialisasi. Wargapun mulai resah dengan kehadiran mereka. Namun berbeda halnya dengan Rusli alias Yahbit, waria tertua di Aceh Barat yang sangat dihormati warga desanya.
Suntik kecantikan
Ditemui di salon Ana Lestari, desa Cot Darat, kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Yahbit, nama panggilan sehari-hari pria berpenampilan wanita ini, terlihat masih bugar. Di usianya mendekati 50 tahun, Yahbit mengakui sering mengkonsumsi vitamin dan melakukan suntik kecantikan agar tetap awet dan segar.
Yahbit memulai usaha salon khusus tata rias rambut di kampungnya pada tahun 1978. Pada tahun yang sama orang tua menjodohkannya dengan sepupu. Setelah dikarunia dua orang anak, Yahbit bercerai di usia ke-10 tahun perkawinannya.
Sampai sekarang Yahbit mengasuh kedua anaknya yang sudah beranjak dewasa sebagai ayah sekaligus ibu.
"Walau orang tuanya seperti ini tetap anak saya. Saya tetap punya kebanggaan karena orang tuannya yang ini lain, nggak sama. Saya kan kayak perempuan, meski aslinya laki-laki," kata Yahbit.
"Mungkin Tuhan sudah mentakdirkan saya seperti ini. Kalau anak-anak sudah tahu sifat saya, jadi anak-anak pun bangga dengan saya seperti ini. Kalau saat ini tidak mau menikah, ingin mendidik anak-anak, karena kita lihat banyak yang sudah menikah tapi hancur rumah tangganya."
Sedih
Yahbit mengakui perilakunya yang lebih banyak bersifat kewanitaan sejak kecil itu membuat awalnya ia bersedih, namun dukungan keluarga dan lingkungan yang bisa menerima kondisinya tersebut membuat ia merasa dihargai.
Malah di desanya Yahbit mendapat giliran tugas jaga malam, panggilan gotong royong, pengajian setiap Jumat di desa. Bahkan turun ke sawah ia lakukan dengan senang hati.
Sejak kecil ibu dan keluarga memang sudah tahu sifat Yahbit. "Mereka tidak bilang apa-apa. Yang penting tidak berbuat jahat. Saya ini hidup bermasyarakat, misalnya kegiatan di kampung ada gotong-royong, saya tetap ikut gotong-royong walaupun saya ini seperti wanita. Misalnya turun ke sawah gotong-royong nanam padi, saya ikut juga."
Yahbit juga kebagian tugas jaga malam bersama warga. "Kena giliran malam selasa ke-15 tidak pernah ada orang yang mengganggu karena warga tahu siapa saya."
Berjilbab
Meski memiliki postur kekar dan berperilaku wanita, Yahbit menolak berbusana wanita, layaknya para waria. Ia mengakui tetap sebagai pria ketika melakukan ibadah shalat, berada di antara laki-laki dan ingin disembahyangkan jika meninggal dunia sebagai laki-laki juga.
Untuk itu dia tidak sepaham dengan para waria atau istilahnya ocik yang meresahkan lingkungan karena tingkah laku yang negatif.
"Kalau berjilbab saya tidak mau, nggak enak karena saya tinggal di kampung. Kalau di kota terserah. Saya tetap laki-laki tapi kalau busana ada model kewanitaan dikit-dikit. Alasannnya nggak tahu yaa, nggak ada alasan lah. Kalo meninggal ingin disembahyangkan sebagai laki-laki."
Yahbit kurang suka melihat waria di tempat ia tinggal. "Bukan karena cemburu dan iri melihat mereka, tapi memang tidak suka melihat yang mentel-mentel (genit). Saya suka banci, yang biasa-biasa ajalah, jangan suka merayap malam. Kita kerja-kerja santai, jangan berlebihan. Kalau banci datang ke rumah saya tingkahnya berlebihan saya juga tidak suka."
Sex
Disinggung soal kebutuhan biologis, secara jujur Yahbit mengakui sudah tidak memiliki hasrat untuk melampiaskannya, baik itu kepada wanita maupun pria. Dengan kesibukannya di salon yang setiap hari melayani warga yang datang dari pelosok desa untuk menata rambut, sudah membuat dirinya lupa.
"Cuma sex ini bisa kita atasi, misalnya sudah teringat ini itu. Yang datang ke salon banyak perempuan, kalau sex ini ada pasti perempuan itu mau, tapi saya tidak mau. Kalau sudah kepingin sex saya pergi ke tempat kawan-kawan mencari hiburan jadi sexnya hilang dengan mencari kesibukan."
Rusli alias Yahbit mempunyai impian dapat melihat kedua anaknya berhasil di pendidikan dan melihat mereka berumah tangga serta memajukan usaha salon Ana Lestari di kampung halaman.
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/waria-meulaboh-dihormati-warga
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Senin, 23 Januari 2012
Orang yang Ngaku Atheis Makin Bejibun di Indonesia
(Tak hanya PNS, kalangan jurnalis juga ada)
Berita tertangkapnya Alexander Aan yang mengaku tidak bertuhan juga banyak disorot media Belanda.
Keyakinan ilegal
Indonesia, negara yang berpenduduk mayoritas muslim itu, hanya mengakui lima agama selain Islam. Ateisme dilarang. Sang PNS ditahan karena ia menggunakan jejaring sosial untuk menyebarkan keyakinan ilegal, demikian tegas Kapolres Dharmasraya AKBP Chairul Azis. Alexander juga dituduh berbohong saat melamar menjadi PNS, karena ia menyebut dirinya seorang muslim. Demikian tulis situs online Belanda, nu.nl.
Koran cetak Belanda De Volkskrant menambahkan, Alexander sebenarnya ditangkap hari Kamis. Waktu itu dikatakan polisi mau melindunginya dari kemarahan massa. Jumat, penangkapan preventif itu diubah menjadi penahanan.
Menyulut keresahan
Selain dituduh melakukan pelecehan agama, Alexander juga dituduh menyulut keresahan di kalangan warga. Jumat lalu jumlah fans halaman facebook "Ateis Minang" milik Alexander Aan mencapai 1293.
Di Kartu Penduduk Alexander terulis Islam sebagai agama. Di dokumen resmi, agama harus ditulis. Pilihannya terdiri dari enam agama yaitu Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu dan Konghucu. Warga yang mencantumkan agama lain, tidak bisa menjadi PNS. Demikian tulis De Volkskrant.
Indonesian Atheist
Orang Indonesia tampaknya semakin banyak yang ateis, terutama yang tinggal di luar negeri. Malah sudah ada semacam gerakan dan pengikutnya bertambah banyak. Mereka menginginkan agar Indonesia sebaiknya menjadi negara sekuler saja.
"Banyak orang support terhadap grup kami dan banyak yang mendukung pula agar Indonesia lebih ke arah sekuler." Demikian tegas Karl Karnadi dari kelompok Indonesia Atheist kepada Radio Nederland beberapa saat silam.
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/orang-indonesia-yang-ateis-makin-banyak
Labels:
AGAMA,
HAK ASASI MANUSIA,
HISTORY
PBNU Desak TKI ke Saudi Hanya Laki-Laki
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengapresiasi adanya moratorium pengiriman TKI ke Saudi Arabia, dan berharap, jika dibuka kembali, yang dikirimkan ke sana hanya berjenis kelamin laki-laki. Hal ini mengingat banyaknya kasus yang menimpa TKW.
“Saya menyaksikan sendiri yang mereka alami karena saya belajar di sana. TKI kita yang bekerja di Hongkong, Taiwan, Korea dan Jepang jauh lebih baik nasibnya daripada di Arab Saudi. Saya sebenarnya malu menyatakan ini, tapi faktanya memang demikian,” katanya ketika meresmikan kantor baru DPP Sarbumusi, Senin (23/1/2012).
Banyak sekali TKI dari Arab Saudi yang mengalami kasus, meminta bantuan PBNU. Terakhir, NU Online mendampingi pengurus PBNU yang menerima keluarga Siti Zaenab binti Duhri, TKW asal Madura yang terkena ancaman hukuman pancung, yang ketika Gus Dur menjadi presiden, hukumannya ditangguhkan sampai sekarang. Fihak keluarga berharap agar Siti Zaenab bisa dibebaskan dan pulang ke Indonesia.
Globalisasi yang berdampak terhadap lalu lintas tenaga kerja di berbagai negara, kata kiai Said, harus dimaknai secara optimis dengan mempersiapkan diri untuk bekerja lebih baik agar bisa berhasil. “Allah mencintai hambanya yang bekerja dengan baik, yang melaksanakan pekerjaanya dengan profesional,” katanya.
Ia juga berpesan agar Sarbumusi selalu dekat dengan jamaah, yang dalam hal ini dimaknai sebagai masyarakat grassroot, yang memang membutuhkan dukungan agar lebih sejahtera.
Pada kesempatan tersebut, kiai Said membubuhkan tandatangan diatas prasasti bersama dengan Menakertrans Muhaimin Iskandar sebagai tanda diresmikannya kantor baru.
Sebelum memiliki kantor baru ini, Sarbumusi berkantor di lt 6 gedung PBNU. Keberadaan kantor baru berlantai 4, sekitar 250 meter dari gedung PBNU ini membuat Sarbumusi memiliki fasilitas dan ruang yang luas untuk bekerja.
source: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/35962/Warta/PBNU_Inginkan_TKI_ke_Saudi_hanya_Laki_Laki.html
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Minggu, 22 Januari 2012
Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
23/01/2012 07:25
Anda tentu akrab dengan istilah di atas. Dan saya kira, Anda juga tidak keheranan bila istilah tersebut menjadi sangat sering didengar, sehingga mungkin membuat kita tak merasa perlu bertanya apa makna keduanya. Kenapa Amar Maruf dan Nahi Mungkar bisa sedemikian masyhur?
Setidaknya ada dua alasan. Pertama, karena istilah tersebut menjadi semacam kata kunci dalam menjalankan agama yang sungguh-sungguh dan sempurna. Kedua, karena jumlah pemeluk Islam negeri ini menduduki peringkat pertama, sehingga otomatis, istlah tersebut mudah kita dengar dan baca di manapun.
Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar semakin membahana lebih-lebih setelah dikibarkan sebagai “moral koletif”. Misalnya menjadi salah agenda organisasi. Sekedar contoh, Syarikat Muhammadiyah merupakan organisasi yang terkenal dengan jargon Amar maruf Nahi Mungkarnya. Front Pembela Islam (FPI) juga termasuk pengusung jargon tersebut, bahkan tampaknya jauh lebih maju ketimbang organisasi beranggotakan duapuluhan juta orang tadi. Nahdlatul Ulama yang hanya terkenal dengan jargon tawashut (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang), juga memakai Amar Maruf dan Nahi Mungkar sebagai salah satu pilar organisasi beranggotakan lebih dari tujuh puluh juta orang tersebut.
Memang, tidaklah berlebihan jika Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar menjadi salah satu tema utama dalam diskursus Islam, mengiringi kata iman, Islam, takwa, dan lain-lain. Seandainya Islam adalah tubuh, Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar adalah kaki dan tangannya.
Dalam Islam, Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar merupakan syarat untuk menjadi khoiro ummah (umat terbaik). “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, memerintah kepada yang ma’ruf, dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” demikian penggalan firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Ali Imron ayat 110.
Dalam definisi yang sederhana, Amar Ma’ruf berarti menyeru kepada sesuatu yang populer. Ma’ruf secara bahasa diartikan diketahui dikenal. Orang Arab menyebut kebiasan dengan al-‘urf atau al-‘adah. Dua kata tersebut telah menjadi bahasa kita, adat.
Dari makna leksikal, Amar Ma’ruf, menurut hemat saya, sebetulnya bukan seruan untuk shalat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah personal lainnya, melainkan seruan untuk kebaikan yang bersifat kolektif atau sosial, seperti sistem pendidikan yang membebaskan, sistem politik yang berbasis pada keadilan dan penghormatan kepada hal-hak orang lain, sistem ekonomi yang memihak kepada yang lemah, dan lain-lain. Amar Ma’ruf bersifar relatif, karena bukan tidak mungkin di satu tempat ma’ruf, di tempat lain tidak.
Selain secara bahasa tidak mungkin diartikan sebagai seruan shalat dan ibadah personal lainnya juga karena perintah keimanan kepada Allah sudah disebut, -dalam surat Ali Imron ayat 110- secara khusus, yaitu “beriman kepada Allah”. Lebih–lebih, perintah kewajibab shalat sudah bertebaran di mana-mana dan sangat jelas disebutkan, muhkam.
***
Dari pengalaman-pengalaman perilaku keagamaan di masyarakat, saya melihat bahwa konsep Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar yang seharusnya berjalan beriringan, tidak ada yang ditinggal, tidaklah banyak terjadi. Memang benar bahwa Amar Maruf dan Nahi Mungkar adalah dua hal yang berbeda. Tapi tidaklah tepat jika kita berpikir dikotomis seperti itu. Sebab, Al-Qur’an selalu menyandingkan keduanya.
Kalaupun musti ada yang didahulukan untuk beroperasi, maka yang berhak adalah konsep Amar Ma’ruf. Dan otomatis, konsep Nahi Mungkar ditinggalkan dan disimpan dulu. Kenapa saya berpendapat demikian? Pertama, Amar Ma’ruf selalu disebut lebih dahulu. Dan Nahi Mungkar mengikuti di belakangnya.
Kedua, karena hasil dari Amar Ma’ruf bukan saja orang akan melakukan perbuatan baik, dan pada saat bersamaan orang tersebut tidak akan melakukan keburukan. Contoh, ketika kita diperintahkan berdagang, lalu kita akan berdagang secara wajar, termasuk mematuhi aturan-aturan perdagangan. Lalu bagaimana jika dalam berdagang kita melakukan kecurangan? Sudah jelas, kita telah melanggar perintah berdagang. Tapi, kesalahan kita bukan berasal dari kesalahan orang yang melakukan Amar Ma’ruf.
Nahi Mungkar, bila disebut sebuah konsep kebijakan, adalah kebijakan “setengah hati”.
Bagaimana logikanya? Sederhana saja. Nahi Mungkar, secara lafdiyah, hanya dapat menghentikan keburukan, tidak lebih. Atau minimal, terhentinya aktivitas keburukan, tidak serta merta dilanjutkan dengan kebaikan. Betul bahwa tidak melakukan keburukan adalah kebaikan. Tapi, kalau hitungannya adalah pahala, maka pahala yang didapat hanya pahala tidak melakukan keburukan saja.
Contoh, ketika ada kebijakan bahawa PSK (Pekerja Seks Komersil) dilarang “praktik” lagi. Maka bila PSK tadi mematuhinya, dia hanya mendapat pahala satu saja, yaitu pahala mematuhi larangan terebut. Setelah tidak “praktik”, dia tidak melakukan apa-apa. Lalu PSK pasti akan bertanya, lalu ngapain? Jika pertanyaan ini tidak bisa dijawab secara menyakinkan, bukan mustahil dia akan berpraktik lagi sebagai PSK. Fakta seperti inilah yang tampaknya sudah dan sedang terjadi. Mungkin akan berbeda ceritanya jika Nahi Mungkar diganti dengan Amar Ma’ruf.
Akhirul kalam, wajarlah ketika ada orang yang lebih kepincut kepada konsep Amar Ma’ruf ketimbang Nahi Mungkar. Pemeluk Islam negeri ini, biasanya memperlihatkan “keberpihakannya” terhadap konsep Amar Ma’ruf dalam wujud pemberian nama untuk orang. Kita sering menjumpai orang bernama Amar Ma’ruf, Amir Ma’ruf, atau yang semakna dengannya. Saya sendiri punya tiga teman yang menyandang nama Amar Ma’ruf dan dua teman bernama Amir Mar’uf.
Sebaliknya, saya belum pernah mendengar, apalagi berkenalan dengan orang yang bernama Nahi Mungkar. Saya kira alasannya bukan saja karena tidak indah didengar, apalagi karena terkesan mengandung keburukan. Tidak. Sama sekali tidak, karena Nahi Mungkar sama Indahnya dengan Amar Ma’ruf dan sama sekali tidak mengandung keburukan. Keduanya sama-sama positif. Bedanya Cuma yang satu mengandung perintah (Amar Ma’ruf), satunya larangan (Nahi Mungkar). Lalu apa alasannya?
Alasannya seperti yang terungkap di atas. Fungsi Nahi Mungkar sangat minimalis, hanya bisa menghentikan orang untuk tidak berbuat keburukan saja. Pendek kata, sebagai sebuah konsep kebijakan yang utuh, Nahi Mungkar tidak cukup efektif.
Saya juga belum pernah mendengar nama orang yang diambil dari gabungan keduanya, Amar Ma’ruf Wa Nahi Mungkar. Alasannya jelas, karena terlalu panjang dan Amar Ma’ruf saja sudah cukup mewakili Nahi Mungkar. (Hamzah Sahal)
source: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/35905/Kolom/Amar_Ma_ruf_dan_Nahi_Mungkar.html
Labels:
AGAMA,
HAK ASASI MANUSIA
Aborsi, Lebih Baik Dilegalkan Saja
Menurut penelitian terbaru, jumlah aborsi tidak aman di seluruh dunia naik. Di Afrika dan Amerika Latin hampir semua aborsi dilakukan secara tidak aman. Legalkan aborsi, demikian nasehat paling utama dari Women on Waves, organisasi Belanda yang membela praktek aborsi aman.
Pada 2008, diseluruh dunia ada 43,9 juta kasus aborsi. Hampir separuh dari aborsi itu dilakukan dalam situasi berbahaya. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Guttmacher Institut dan Badan Kesehatan Dunia WHO (http://www.guttmacher.org/pubs/Abortion-Worldwide.pdf). Jumlah aborsi secara keseluruhan stabil.
Ilegal
Rebecca Gomperts dengan organisasinya Women on Waves (http://www.womenonwaves.org/) membantu para wanita di negara-negara yang melarang aborsi. Gomperts mengerti kenapa terjadi peningkatan aborsi tidak aman: “Terutama di negara-negara yang melarang aborsi, prakteknya tidak aman. Praktek-praktek tersebut dilakukan oleh para perempuan itu sendiri, misalnya dengan melompat dari tangga, memakai perajut atau pergi ke orang yang tidak mendapat pelatihan yang memadai. Namun demikian, tidak semua aborsi illegal tidak aman.”
Gomperts merujuk pada obat Misoprostol: pil yang bisa memacu aborsi dan bisa dibeli oleh perempuan itu sendiri. “Pil ini sebenarnya dipakai untuk obat penyakit lambung. Tapi, karena pemerintah tahu kalau Misoprostol bisa dipakai untuk tujuan lain, sekarang perempuan di berbagai negara seperti Thailand, Brasil dan Filipina sejak beberapa tahun terakhir tidak bisa lagi mendapatkan pil itu. Oleh karena itu di negara-negara tersebut terjadi peningkatan kasus aborsi tidak aman.”
Sembunyi-sembunyi
Menurut WHO, satu dari delapan wanita yang melakukan aborsi tidak aman akhirnya meninggal dunia. 8,5 juta wanita di negara-negara berkembang butuh pertolongan medis setelah melakukan aborsi tidak aman. Gabie Raven dari Persatuan Dokter Aborsi di Belanda tahu benar praktek-praktek tersebut. “Saya pernah bekerja di Afrika. Di sana mereka memakai obat-obatan tradisional untuk aborsi. Itu sama sekali tidak aman. Tapi, hal ini sudah terjadi sejak lama. Mengejutkan ternyata selama ini tidak ada perbaikan.”
Delapan dari sepuluh wanita di negara-negara berkembang menghadapi masalah berkaitan dengan undang-undang aborsi yang ketat. Menurut Raven karena dianggap illegal, aborsi justru sering terjadi dalam kondisi yang berbahaya. “Aborsi yang dibantu orang berpengalaman pun beresiko komplikasi. Di Belanda kita sudah punya penanganan, tapi kalau aborsi dilakukan sembunyi-sembunyi maka akibatnya bisa fatal.”
Penerangan
Legalisasi sangat penting untuk membatasi aborsi tidak aman. “Sangat penting aborsi dilegalkan. Tapi, itu susah direalisasikan. Para wanita di negara-negara di mana aborsi dilarang perlu mendapat informasi bagaimana mereka bisa melakukan aborsi aman dengan pil,” kata Raven.
Penerangan tentang alat-alat KB juga perlu untuk menekan angka kehamilan yang tidak diinginkan. Menteri Muda Kerjasama Pembangunan Belanda Ben Knapen melihat peran Belanda dalam hal ini. “Beda dengan negara-negara lain di dunia kita bisa membahas masalah-masalah yang dianggap tabu seperti aborsi dan seksualitas. Buat saya kesehatan seksual adalah prioritas terutama untuk memberikan kesempatan kepada wanita remaja dan dewasa untuk bisa menentukan sendiri masalah kehamilan dan seksualitas. Kita tahu itu berujung pada berkurangnya tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan kematian ibu.”
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/aborsi-lebih-baik-dilegalkan-saja
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Sabtu, 21 Januari 2012
Monumen Pertempuran Tarakan Diresmikan di Belanda
Perangnya di perairan pulau Tarakan, Indonesia, tapi monumennya justru ada di Belanda. Sejumlah keluarga korban didukung yayasan makam pahlawan Belanda, berinisiatif membuat tugu peringatan itu di Taman Makam Pahlawan Loenen, Belanda tengah.
Pertempuran Tarakan disebut sebagai Pearl Harbour-nya Indonesia. Pada tanggal 19 Januari 1942, rombongan kapal perang (dua di antaranya kapal penyapu ranjau) Jepang masuk perairan pulau di Laut Sulawesi tersebut. Pasukan artileri Hindia Belanda tidak tahu bahwa sebenarnya pemerintah Belanda di Pulau Tarakan sudah menyerah.
Pasukan yang waktu itu bertugas menjaga ladang minyak, dengan meriam artileri, berhasil menenggelamkan dua kapal penyapu ranjau. Namun pasukan Jepang, kemudian berhasil menaklukkan perlawanan.
Sekalipun sudah menyatakan menyerah, 215 tentara Hindia Belanda di pulau Tarakan, tetap dieksekusi pasukan Jepang di atas kapal, dan jasadnya dibuang ke laut. Tujuh puluh persen korban lahir di Indonesia (dulu Hindia Belanda) dan 125 korban hingga kini belum diketahui namanya.
Sanak saudara -kebanyakan warga Indo Belanda- sangat menyambut baik tugu peringatan pertempuran Tarakan, karena kini mereka punya tempat untuk meletakkan bunga dan mengenang para korban.
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/video/monumen-pertempuran-tarakan-diresmikan-di-belanda
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Rabu, 18 Januari 2012
Cowok Paling Cantik Sejagat, Che Ying Zhong (Kiyoshi Sakurazuka)
Cantik bukan? dia itu Cowok bukan Cewek. Namanya Kiyoshi Sakurazuka, profesinya cosplayer cowok yang ogah pakai pakaian cosplay cowok. Ia juga seorang Crosdreser. Tapi dia bukan MAHO.
Inilah photo dia sama Ceweknya
(Bingung kan mana yang cowok? Kiyoshi sebelah kanan, yang baju item)
Biodatanya:
Name: Kiyoshi Sakurazuka
Real Name : :澈樱冢 = Che Ying Zhong (CMIIW)
Birthday : April 4, 1984
Height : 160cm
Weight : 40kg
Blood type : A
Constellation : Aries
Gender : Male
Birthplace : Hunan, China
Graduate : Beijing Institute of Technology
Kumpulan fotonya
Neh liat Dadanya Kiyoshi Datar
(Pose-pose cowok alias aslinya)
(Tampangnya apa mirip cowok?)
sumber : http://www.slowbos.com/showthread.php?t=83845
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Selasa, 17 Januari 2012
DPR Belanda Tolak Asuransi Tanggung Terapi Homoseksual
DEN HAAG (ANP) - Mayoritas di parlemen Belanda ingin agar terapi homoseksual yang kontroversial tidak lagi ditanggung oleh asuransi.
Terapi ini khusus merupakan terapi yang bernuansa Kristen untuk 'menyembuhkan homoseksualitas'.
Partai liberal konservatif VVD yang duduk dalam kabinet tetapi juga kubu oposisi seperti partai buruh PvdA, partai kiri hijau GroenLinks dan partai sosial liberal D'66 mengimbau menteri kesehatan Edith Schippers agar terapi yang dimaksud untuk 'menyembuhkan' perilaku seksual pria homo dan wanita lesbian, dihapus dari asuransi kesehatan.
Menurut GroenLinks : "Ongkos terapi itu 'secara etis, medis maupun finansial sangat mubazir'," demikian Linda Voortman anggota GroenLinks di parlemen.
Pia Dijkstra mengatakan sangat tidak masuk akal bahwa pemerintah membayar 'terapi yang sia-sia dan anti homo'. Menurut anggota parlemen dari partai D'66 itu, menteri kesehatan harus segera menghentikan hal itu.
Khadija Arib dari partai buruh PvdA mempertanyakan "Mengapa perawatan kronis dihemat sementara terapi yang kontroversial itu justru tidak. Sangat tidak masuk akal. Terapi semacam itu tidak boleh ditanggung oleh asuransi kesehatan."

(Parade Gay di Eropa)
Pengawasan lebih ketat
Perusahaan asuransi dan Lembaga Pengawas Kesehatan IGZ sudah menegaskan akan memperketat pengawasan terapi homoseksual tersebut. Menurut perkumpulan perusahaan asuransi ZN, sangat tidak masuk akal bahwa terapi semacam itu disamakan dengan misalnya diagnosa trauma remaja, yang dibiayai oleh asuransi kesehatan.
source: http://http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/bulletin/parlemen-terapi-homoseksual-tidak-boleh-ditanggung-asuransi
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Rawagede Beda dengan Zaman Bersiap
(Duta Besar Belanda saat menyerahkan ganti rugi pada keluarga korban pembantaian Rawagede, Karawang)
“Sekarang giliran Indonesia minta maaf atas kekerasan pada zaman Bersiap. Kakek saya seorang Indo Belanda menceritakan kekejaman para pemuda (yang dipanas-panasi Bung Tomo) membunuh para korban kamp interniran dengan bambu runcing dan klewang, tangan dan kaki dipotong dan dibuang ke kali.”
Demikian seorang penulis di situs web kelompok Indo Belanda (kalangan berdarah campuran Belanda-Indonesia), yang tergugah menulis kekesalannya setelah Belanda menyatakan maaf dan memberi ganti rugi kepada para janda korban pembantaian Rawagede.
Bukan orang Indonesia saja yang menjadi korban kekerasan saat perang kemerdekaan, para pemuda ekstrem juga beraksi terutama terhadap warga Indo Belanda. Demikian bisa dibaca pada situs web mereka.

Zaman Bersiap
Diskusi sekitar kekerasan yang terjadi pada zaman perang kemerdekaan lebih dari setengah abad lalu tidak saja dilakukan di situs web. Koran Belanda Trouw dan NRC Handelsblad memuat surat pembaca yang meminta perhatian untuk apa yang dialami kalangan Indo Belanda setelah Jepang takluk.
Bukan Orang Indonesia Saja Jadi Korban Kekerasan
Di Indonesia terjadi kekerasan oleh berbagai kelompok pemuda radikal terhadap orang Indo Belanda. Periode berdarah ini masuk buku sejarah Belanda sebagai zaman Bersiap. Tidak banyak orang di Belanda tahu zaman Bersiap ini.
David Barnouw, sejarawan Lembaga Dokumentasi Perang Belanda NIOD, menjelaskan yang dimaksud dengan Bersiap adalah periode sekitar 17 Agustus 1945 sampai awal 1946. “Periode penuh kekerasan, tidak ada yang berkuasa, kelompok-kelompok para-militer, para kriminal membunuh orang Indo Belanda dan Cina. Orang Belanda totok masih aman di kamp interniran,” demikian David Barnouw.
Tidak disinggung
Geert Prins, redaktur majalah orang Indo Belanda Moesson, setuju di Belanda tidak banyak orang yang tahu mengenai periode penuh kekerasan ini. Ia menambahkan tentu saja zaman Bersiap ini lepas dari apa yang terjadi di Rawagede. Rawagede adalah kejadian yang berbeda dan sangat mengerikan.
Geert Prins berpendapat apa yang terjadi di zaman Bersiap masih mendapat perhatian besar di kalangan pembaca majalah Moesson. Yang mencolok, mereka jarang mengeluh atau menceritakan pengalaman ini.
Moesson, demikian Geert Prins, pernah mewawancarai para korban Bersiap, antara lain bibi pemimpin redaksi Moesson Marjolein van Asdonk. Ia sangat menderita secara psikis sampai sekarang. Dan anehnya tidak ada orang yang tahu, juga anak-anaknya.
Ketika ditanya mengapa hal ini tidak pernah disinggung? Jawabannya: “Orang toh tidak akan mengerti.”
Anarki
Lalu apa latar belakang kekerasan terhadap warga Indo Belanda ini? Sejarawan Universitas Negeri Malang, Hariyono yang meneliti periode sejarah Indonesia ini menjelaskan:
“Konteks yang harus dipahami adalah siapa yang membunuh, tentara yang terlatih oleh pemerintah, atau para gerilyawan yang belum terkendali dan terorganisir oleh pemerintah RI. Rakyat melampiaskan kekecewaannya sekaligus kemarahannya, ketika menghadapi pasukan Belanda maupun orang-orang Indo Belanda dengan melakukan kekerasan.”
Hariyono menyamakan kekerasan massal ini dengan kekerasan setelah reformasi pada tahun 1998, rakyat yang kurang terdidik kemudian mengadakan aksi anarkis. Inilah konteks budaya dan politik yang juga terjadi pada awal revolusi kemerdekaan Indonesia terhadap kalangan Indo Belanda.
Jangan dibandingkan
David Barnouw, sejarawan NIOD, Lembaga Dokumentasi Perang Belanda, menolak persamaan Rawagede dengan zaman Bersiap. Dalam kasus Rawagede jelas siapa pelakunya, sekelompok tentara Belanda di bawah pimpinan seorang mayor.
Kemudian susah juga menuntut maaf dari Indonesia untuk zaman Bersiap, karena pada gilirannya Indonesia akan menuntut minta maaf juga, berlanjut sampai kapan? “Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC yang membantai rakyat Banda, apakah pemerintah Belanda harus minta maaf juga?” Demikian David Barnouw.
Kelompok Indo Belanda yang mengalami kekerasan pada zaman Bersiap tidak minta ganti rugi, demikian Geert Prins, redaktur majalah Indisch Moesson. “Kami tidak dendam seperti yang digambarkan dalam media Belanda, orang Indo Belanda minta pengakuan sejarah mereka. Memang kami akan senang kalau pihak Indonesia minta maaf,” katanya.
“Saya tidak minta ganti rugi untuk keluarga saya yang dibunuh, saya akan merasa malu. Yang saya inginkan adalah pengakuan, bukan permintaan maaf. Agar orang mengenal para korban, supaya jangan dilupakan generasi penerus,” demikian Jan A. Somers, seorang pembaca harian NRC Handelsblad dalam rubrik surat pembaca.
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/rawagede-beda-dengan-zaman-bersiap
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Senin, 16 Januari 2012
Keliru Jika Anggap Perda Miras Penyebab Konflik
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai rekomendasi Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) yang meminta Kemendagri untuk meninjau kembali Peraturan Daerah (Perda) Syariah, termasuk tentang pelarangan minuman keras terlalu simplistik.
Demikian dinyatakan Ketua PBNU H Slamet Effendy Yusuf di Jakarta, Senin (16/1/2011). Menurutnya, anggapan bahwa Perda Miras dapat menimbulkan konflik horizontal adalah logika yang tidak bisa diterima. Karena seolah-olah Perda Miras inilah penyebab konflik, padahal hal itu sebaliknya.
“Jangan terlalu simplistik melihat ini. Sebenarnya, miras itulah yang dapat menyebabkan masalah sosial di masyarakat," ujarnya.
Karena ia meminta logika ini jangan dibolak balik, untuk mencari celah melegalkan miras di masyarakat. Apabila masyarakat hobi minum, ada tempatnya yang sudah diatur. Artinya jangan melakukannya di wilayah yang banyak masyarkat tidak melakukannya. Karena itu pun dapat melanggar HAM dan menjadi konflik horizontal baru.

“Jadi lihatlah secara menyeluruh,” ucapnya.
Dalam suratnya ke pemerintah daerah, Kemendagri meminta agar pemda-pemda meninjau kembali perda syariah, termasuk soal larangan miras. Surat itu dikeluarkan atas rekomendasi Komnas HAM. Komisioner Komnas HAM, Johny Nelson Simajuntak menilai pemberlakuan Perda Syariah di daerah berpotensi menimbulkan konflik horizontal di masyarakat.
source: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/35875/Warta/PBNU__Perda_Miras_Bukan_Penyebab_Konflik_.html
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Minggu, 15 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)