Rabu, 17 Agustus 2011

Warta: Tuntutan Formalisasi Islam Akibat Dangkalnya Pengetahuan Maqasid Syari’ah













18/08/2011 10:23
TASYAKURAN HUT RI

Cirebon, NU Online
Tuntutan untuk menerapkan syari’at Islam sebagai undang-undang di Indonesia, baik melalui partai politik maupun gerakan organisasi massa, adalah bentuk kurangnya pemahaman tentang maqasid syari’ah atau tujuan disyariatkannya agama Islam.

Kelompok-kelompok ini yang beranggapan bahwa hukum Islam tidak berubah sampai kapan pun terus mengkampanyekan pentingnya formalisasi syari’ah di Indonesia.

Demikian disampaikan ini sampaikan Dr. Arwani Syaerozie pada acara buka bersama dan Tasyakkuran HUT ke-66 RI di pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, Rabu (17/8).

Menurutnya, keinginan tersebut bukan hal baru. “Dalam konteks sejarah Islam, Imam Malik pernah menolak tawaran Harun Ar-Rasyid yang hendak menjadikan Al Muwattha sebagai rujukan para hakim. Ini karena Imam Malik menyadari bahwa mengambil hokum apa adanya pada masa tertentu untuk diterapkan dimasa yang berbeda adalah tindakan yang semena-mena,” katanya.

Untuk meluruskan kelompok ini, kajian tentang Maqashid Syari’ah di Indonesia menjadi penting, mengingat Indonesia adalah bangsa yang plural. Karena itu, formalisasi syari’ah, menurut pria yang meraih gelar doctor termuda di Maroko ini, adalah langkah yang tidak perlu dilakukan di Indonesia.

Karenanya menguatkan pemahaman maqashid Syari’ah di kalangan ummat Islam di Indonesia menjadi hal yang urgen. Nahdlatul Ulama (NU) diharapkan menjadi pelopor dalam hal ini.

“NU harus menjadi pelopor penguatan pendidikan maqashid Syari’ah, sebab, NU dikenal sebagai organisasi keagamaan yang inklusif,” Kata Arwani Syaerozie.

Tasyakuran HUT RI yang ke 66 ini di hadiri oleh Rais Thariqoh Al Mu’tabarah An-Nahdliyyah Wilayah Jawa Barat KH Mahtum Hannan, sekretaris PCNU Cirebon H. Lukaman Hakim dan MUI (Majlis Ulama Indonesia) kabupaten Cirebon KH. Bahruddin Yusuf. Hadir pula tokoh-tokoh ulama setempat, diantaranya, KH. Tamam Kamali, KH Zamzami Amin, KH Azka Hammam, dan KH Ahmad Najiullah Fauzi.

Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muiz Syaerozie

Senin, 15 Agustus 2011

Warta: Wartawan Profesi Mulia



14/08/2011 14:53










Brebes, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes KH. Subhan Makmun mengapresiasi kinerja wartawan yang memberikan pencerahan kepada masyarakat luas dan member kritikan yang membangun kepada pemerintah selama ini. “Wartawan adalah profesi yang mulia”, kata KH. Subhan kepada Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Brebes Drs. Atmo Tan Sidik yang berkunjung di Masjid setempat, Jum'at (12/8) lalu.

Sebagai penyampai berita, seorang wartawan akan sangat indah jika dalam bekerjanya diniatkan dengan ibadah. Sehingga berita yang dihasilkan mempunyai nilai jurnalistik yang tinggi. Tidak ada lagi berita yang tidak berimbang, menyudutkan salah satu pihak apalagi mengguakan porfesi wartawan sebagai senjata untuk melakukan terror atau intimidasi dengan harapan dapat imbalan dari korban.

Berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan Pemkab Brebes kepada insan media yang bertugas di wilayah Kabupaten Brebes beberapa hari yang lalu dengan menawarkan lomba penulisan atau liputan pembangunan yang berhadiah umroh, KH. Subhan menyambut baik gagasan tersebut. “Memberikan hadiah umroh bagi wartawan yang memenangkan lomba, akan member kesan keagamaan yang medalam, jadi hadiah itu tidak langsung habis sesaat”, tukas pengasuh Ponpes Assalafiyah ini.

Gagasan lomba penulisan atau liputan pembangunan Kabupaten Brebes dengan hadiah umroh ini dilontarkan Bupati Brebes H. Agung Widyantoro, SH, MSi dalam konferensi Pers pembagian dana pembinaan wartawan yang bertugas di wilayah Kabupaten Brebes, Jumat (12/8) lalu di aula OR Setda Kabupaten Brebes.


Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Wasdiun