Selasa, 26 April 2011
Warta: Kang Said: Jangan Pelajari Islam Seperti Mie Instan
Rabu, 29 Desember 2010 21:19
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa dalam memahami Islam tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Karena ilmu di dalam Islam sangatlah luas. “Akibatnya jika Islam dipelajari dengan cara cepat saji seperti mie instan maka hasilnya adalah pemahaman Islam yang sangat dangkal,” ujarnya.
Akibat dari dangkalnya pengetahuan Islam adalah munculnya radikalisme dalam Islam. “Sedikit-sedikit teriak Allahu Akbar, Negara Islam. Ini surga, ini neraka. Kalau tidak Negara Islam, maka akan celaka. Pemahaman seperti ini didapat karena belajar Islam terlalu singkat,” papar Kang Said.
Di pesantren saja, paling tidak dibutuhkan waktu empat tahun untuk belajar Islam. “Yang di pesantren saja belum tentu matang, apalagi yang kilat, cuma dua minggu pas liburan sekolah,” katanya.
Untuk menutupi kekurangan pengetahuan mereka tentang Islam, mereka berpakaian dan berpenampilan ala Arab. “Itu (pakaian Arab, red) adalah budaya. Sehingga yang budaya jadi agama, dan agamanya malah hilang. Sedangkan hal yang prinsip dalam agama tidak mereka pahami. Padahal jika kita mau membaca al Quran, di sana disebutkan, laa ikraaha fiddin, tidak boleh ada kekerasan dalam agama,” jelas Kang Said.
Makna ayat ini pun bisa dibalik, artinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. “Jadi, kalau ada kelompok yang melakukan kekerasan, itu bukan agama, sama sekali bukan sedang mengamalkan agama,” tegasmya.
Menurut Kang Said, Islam memiliki konsep tasamuh atau toleran, namun hal ini masih jarang dipraktekkan. Al Quran mengajarkan, jika Muslim memiliki tetangga non Muslim dan tidak mengganggu maka seorang Muslim harus berbuat bakti tehadapnya. "Jadi bukan hanya berbuat baik, tapi berbuat bakti. Misalnya saya punya tetangga Katolik, masuk angin lalu saya kerokin," papar Kang Said.
Seperti yang tersebut dalam "Piagam Madinah" yakni, wa laa udwaana illa ala al dzaalimin, tidak ada permusuhan kecuali kepada mereka yang zalim. "Jadi tidak boleh bermusuhan karena perbedaan agama, politik, dan lain sebagainya. Yang menjadi musuh kita adalah mereka yang zalim. Seperti penjahat narkoba, koruptor, dan sejenisnya," pungkas Kang Said.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar