Selasa, 26 April 2011

Warta : Korban NII Akui Dibaiat Jadi Anggota






Selasa, 26 April 2011 09:36
Gresik, NU Online

Agung Arif Perdana Putra (19), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menjadi salah seorang korban penculikan dan pencucian otak oleh Gerakan Negara Islam Indonesia (NII), Senin (25/4), didampingi ibunya, Rahayu Kunti Andari, menceritakan proses penculikan hingga pembaitan dirinya sebagai anggota NII.

Agung menceritakan, awalnya, dirinya dikenalkan oleh seorang teman wanita dengan seseorang di KFC Alon-alon Malang. Meski baru kenal, Agung mengaku langsung nyambung saat diajak ngobrol oleh seseorang tersebut. Bahkan, ketika diajak ke Jakarta untuk dilakukan baiat sebagai anggota NII, ia langsung bersedia.

“Dari Malang, saya dibawa ke Jakarta dengan naik api. Lalu dijemput dengan mobil di Stasiun Gambir, Jakarta. Sepanjang perjalanan di dalam mobil, mata saya ditutup sampai masuk ke rumah,” terangnya.

Selama 3 hari, Agung bersama teman-teman lainnya di brain wash melalui diskusi tentang kondisi terkini Negara Indonesia. Akhirnya, mereka dibait sebagai anggota NII.

Agung mengakui tidak dibekali dengan buku bacaan maupun rekaman film tentang NII. “Saya tidak ingat kata-kata dalam baiat. Kata-kata dalam baiat ada yang menuntun, kita tinggal menirukan,” ujarnya.

Selama dalam pengaruh brain wash NII, Agung Arif Perdana Putra pernah membohongi ibunya dengan meminta uang sebesar Rp. 10.000.000,- dengan alasan untuk membayar kuliah sebeasar Rp. 5.000.000,- dan mengganti laptop temannya yang dihilangkan sebesar Rp. 5.000.000,-.

Agung mengaku, pengaruh brain wash NII pada dirinya luntur ketika alumni SMAN 1 Driyorejo tersebut teringat akan ibunya. Sehingga, terbesit keinginan yang kuat untuk pulang ke rumahnya. Sebelum memutuskan pulang ke rumah, Agung sengaja menginap di kos temannya sambil menenangkan pikirannya yang kalut. “Teman saya bukan anggota NII. Saya menginap untuk menenangkan pikiran,”tegasnya.

Pada Sabtu (23/4), Agung akhirnya berhasil bias pulang ke rumah yang disambut dengan tasyakuran. Karena mereka kaget sekaligus haru bercampur bahagia karena sejak 19 Maret 2011, mereka dibuat kebingungan atas ketidakpulangan Agung.

“Kita sudah mencari melalui saudara-saudara yang ada di Malang dan pihak kampus juga mencarinya, “ kata ibunya Rahayu Kunti Andari saat mendampingi putranya.

Diakui oleh Kunti Rahayu Andari, sejak anaknya terkena pengaruh NII, komunikasi yang dilakukan sangat sulit. Setiap ditelepon tak diangkat. Begitu juga pesan yang dikirim melalui SMS tak dijawab. Padahal, sebelumnya komunikasi yang dilakukan sangat lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar