Selasa, 17 Mei 2011

Dakwah Spiritual-Kesejahteraan Post Succes Story Muhammadiyah












12 Juni 2010 11:08 WIB
Oleh : Abdul Munir Mulkhan



Masa depan Muhammadiyah (pasca satu abad) ditentukan kemampuan gerakan ini memahami realitas kehidupan warga yang jauh berbeda dibanding saat kelahirannya dan memprediksi arah perubahan kehidupan warga bangsa tersebut. Kini jurang kaya-miskin semakin tajam, pandai-tidak sekolah makin tinggi, kebenaran-kebatilan bergerak dalam ruang yang sama hampir tanpa jarak, warga yang berusaha saleh dan yang senang jadi teman setan hidup berdampingan. Soalnya bagaimana memberi arah perubahan tersebut ke arah idealitas yang dicita-citakan Muhammadiyah melalui aksi dakwahnya?


Dakwah Muhammadiyah bergerak bukan di dalam ruang hampa, tapi dalam peta kehidupan warga bangsa yang plural secara agama, ideologi, sosial-ekonomi, dan dalam suasana distrust rakyat atas partai, anggota DPR, DPRD, DPD, dan pejabat pemerintah. Gerakan keagaman seperti Muhammadiyah bisa mengalami nasib serupa jika tidak peka atas nasib rakyat dan warga bangsa yang teraniaya. Modal sosial gerakan berupa amal-usaha, struktur (majlis, lembaga, ortom, dosen, murid/ mahasiswa dan ortunya, dokter, tenaga medis & pasien, muballigh & jamaahnya) kultur & etika berorganisasi adalah bahan dasar pengembangan strategi dakwah yang lebih profesional dan fungsional.


Dakwah professional dalam arti direncanakan secara matang berdasar data yang ada dengan tujuan yang jelas dan terukur, dijalkan oleh tenaga yang dipersiapkan (dilatih) untuk tugas/ kegiatan tersebut. Sedangkan dakwah fungsional dalam pengertian berfungsi efektif memecahkan problem gerakan sekaligus masyarakat dalam memenuhi multi aspek hajat hidup. Seluruhnya digerakkan dengan memaksimalkan struktur dan kultur organisasi gerakan dan amal-usahanya tersebut di atas.


Sekedar menyegarkan ingatan kita bisa membaca bagimana masyarakat sipil (warga tanpa partai dan organisasi sosial) memecahkan problem yang dihadapi melalui media elektronika. Facebookers dalam kasus Cicak-Buaya Bibit & Chandra dan Koin Keadilan pada kasus Prita mewakili perlawanan atas kasus Mbok Minah, penebang pisang Seyegan, Petani Batang dan Kediri, buruh migran, pembantu rumah tangga, tani dan nelayan di Tanah Air. Kasus tanah rakyat, tanah adat (hak ulayat), hak memperoleh kesehatan, pendidikan dan pekerjaan yang layak, hak berpendapat dan berkeyakinan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), PKL tergusur, hak perlindungan anak, korban banjir dan bencana alam.


Sementara kita juga bisa membaca bagaimana tradisi tabligh di negeri ini tumbuh dari usaha Muhammadiyah yaitu pengajian di tempat umum, ceramah keagamaan di tempat ibadah dengan muballigh atau ustadz yang waktu itu disebut guru keliling adalah bukti pembaharuan gerakan ini. Kultum (kuliah tujuh menit) yang sudah menjadi tradisi sosial-keagamaan yang semakin meluas itu dulu dipelopori Muhammadiyah.


Demikian pula santunan pada kaum dluafa merupakan kegiatan sosial-keagamaan yang semula dipelopori Muhammadiyah. Pengumpulan zakat mal dan zakat fitrah dari muzakki yang kemudian dibagikan kepada fakir miskin dan mustahiq lainnya, sekarang sudah mentradisi itu dipelopori gerakan ini. Panti asuhan dan anak asuh anak yatim. Kini muncul beragam kegiatan seperti: realigi, tolong, bedah rumah, bukan mimpi, bukan sinetron, dlsb. Pembagian daging korban bagi fakir miskin, berkembang di kalangan pelajar melalui tabungan korban atau urunan (gotong royong) korban.


Di masa lalu apa yang dilakukan Muhammadiyah dikecam masyarakat dengan beragam tuduhan stigmatik, meniru orang kafir, kristen alus dlsb. Makan sahur diakhir waktu dan berbuka segera (takjil) dituduh tidakl tahan lapar ketika publik sudah makan sahur tengah malam dan tidak segera berbuka ketika maghrib tiba. Solat ied di lapangan dituduh tidak mengerti toharoh karena solat ditempat kambing digembala. Terjemahan kitab suci dan khutbah dengan bahaya Melayu dianggap melecehkan AlQuran dan bahasa Tuhan. Demikian pula kecaman atas praktik korban, pengumpulan zakat & zakat fitrah, tarwih 11 rekaat, rumah sakit dan sekolah modern. Kini publik umat, gak peduli anggota Muhammadiyah atau anti ramai-ramai pergi ke rumah sakit, anak-anak mereka dengan bangga menjadi sarjana dan dokter, tahlil pun memakai panitia.


Kita bisa menyusun daftar panjang kisah sukses Muhammadiyah mengembangkan tradisi dakwah sosial di negeri ini. Penggunaan media modern dalam dakwah berupa buku, majalah, sebaran (leaflet, booklet) dirintis Muhammadiyah. Percetakan Persatuan berikut tokoh buku Persatuan dan Toko Buku Siaran adalah contoh lain percetakan dan tokoh buku tertua kaum pribumi, seperti majalah Suara Muhammadiyah.


Jejak Muhammadiyah bisa dilihat dalam pembangunan tempat ibadah di tempat-tempat umum; stasiun, terminal, dan juga yang kemudian juga musolla di bandara atau rumah makan. Managemen perjalanan haji kepanitian kegiatan keagamaan, solat ied di lapangan, panti asuhan. Demikian pula pembinaan, nasehat perkawinan dan perjodohan yang pernah dikenal dengan BP-4, dipelopori Muhammadiyah. Kini berkembang biro jodoh, rubrik jodoh, hingga take me out di tv seperti Indosiar. Sama halnya dengan acara orang ketiga, termehek-mehek, orang ketiga, dlsb. Himbauan untuk pemenuhan kewajiban ibadah seperti solat melalui leaflet ”sopo durung solat (siapa belum salat)?” dan berbagai hal berkaitan dengan ajaran merupakan buah karya Muhammadiyah.


Karya terbesarnya ialah mendorong umat Islam meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sekolah di sekolah modern yang waktu itu segera dicap murtad. Kini ketika semua umat beramai-ramai memasuki sekolah modern sehingga merasuk ke lembaga pendidikan dan lembaga sosial modern seperti du depertaman agama, perguruan tinggi Islam dan perguruan umum, Muhammadiyah mulai mendapat saingan cukup keras.


Penelitian Riaz Hassan sekitar tahun 70-80-an melaporkan bahwa mereka yang mengikuti pendidikan modern akan menjadi semakin rasional dan puritan sehingga semakin hari semakin meninggalkan upacara-upacara mistik yang bid’ah dan tbc-an. Kadangkala publik umat itu tetap menjalani ritual tbc-an tetapi dengan alasan yang baru yang lebih sekuler dan rasional.


Modal sosial tersebut berkaitan dengan ijtihad dan tajdid Muhammadiyah yang telah berhasil menciptakan tradisi sosial Islam yang diterima masyarakat secara luas walaupun masyarakat seringkali tidak mengenal Muhammadiyah. Hampir semua tradisi sosial Islam adalah buah karya ijtihad Muhammadiyah. Ketika masyarakat sudah jauh berubah, berbagai aksi sosial peduli kaum dluafa dan tertindas lebih banyak diperankan oleh LSM hampir tanpa sentuhan religi.


Melalui media internet dan koran, seseorang mampu mengumpulkan dua juta pemrotes dan jutaan koin yang kemudian bisa menekan pemerintah dan RS Omni untuk mengubah sikap dan membebaskan Bibit & Chandra. Secara ”kebetulan” facebookernya adalah dosen UM Bengkulu. Boleh jadi aksi facebook dosen UM Bengkulu lahir tanpa basis nilai atau boleh jadi dimotivasi etika dakwah tanpa disadari.


Muhammadiyah hampir tidak pernah terlibat aktif dalam penyusunan undang-undang dan peraturan yang menyangkut kepentingan publik seperti UU Kesehatan, UU Pendidikan. Jika pun terlibat, lebih bersifat pasif karena kurang cerdas mengelola modal sosial yang dimiliki. Argumen yang selalu muncul tentang kewenangan politik gerakan sosial seperti Muhammadiyah lebih sebagai akibat pengelolaan modal sosial (ratusan PTM, Rumah Sakit, budaya organisasi, akhlak (etika sosial) yang kurang terarah secara maksimal.


Patut disukuri perkembangan teve tabligh di hampir semua stasiun, tapi gerakan ini baru mulai dengan AdiTeve yang jangkauan siarannya sangat terbatas. Oplah EsEm pun hampir tidak pernah beranjak dari kisaran 20 ribu. Hampir tidak ada aktivis gerakan yang berkemampuan retorika dakwah hingga bisa memukau ribuan jamaah pengajian. Di ruang seminar tidak amat banyak cendekiawan gerakan yang dikenal publik menaruh perhatian dalam isu-isu hak Ekosob, apalagi iptek.


Di masa lalu, praktik TBC berkaitan kepercayaan terhadap kekuatan spiritual alam fisik (pohon, sungai, pojok desa, perempatan) juga berkait tindakan yang diyakini bisa mempengaruhi kehendak Tuhan, tapi tidak ada sunnahnya. Saat ini berkaitan dengan isu ekosob atau berganti baju Ekosob yang bisa membekukan tauhid dan iman juga akhlak. Prinsip-prinsip nilai itu tetap terpelihara namun kehilangan fungsi digantikan teknologi saat ibadah menjadi wisata spiritual sesaat yang tidak terkait praktik hidup. Kini praktik TBC tidak mesti didasari keyakinan tapi pemborosan dan tindakan tak produktif dalam semua aspek kehidupan dari kesenian, gaya hidup, model rumah, pakaian dan barang peralatan hidup. TBC kontemporer terkait isu-isu cyber dan Ekosob yang masih asing ditelinga aktivis gerakan namun menjadi gaya hidup manusia global.


Strategi dan model dakwah Muhammadiyah masa depan berkaitan pemeliharaan lingkungan hidup, pemenuhan hak Ekosob (isu-isu sekitar perebutan tanah, trafficking, KDRT, perlindungan hak anak, hak adat; budaya dan tanah), facebook & Koin Keadilan dalam kasus Prita dan Bibit & Chandra. Di saat yang sama berkembang distrust rakyat kecil terhadap negara dan pemerintahan serta lembaga politik (partai) yang semakin tak peduli nasib fakir-miskin, dluafa dan proletar. Dakwah gerakan diarahkan untuk lebih difokuskan bagi kesejahteraan materiel bagi kaum dluafa dan kesejahteraan spiritual & ruhaniah bagi kaum marginal memanfaatkan secara maksimal dan fungsional media teve dan teknologi cyber (dunia maya; internet).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar