Minggu, 22 Januari 2012
Aborsi, Lebih Baik Dilegalkan Saja
Menurut penelitian terbaru, jumlah aborsi tidak aman di seluruh dunia naik. Di Afrika dan Amerika Latin hampir semua aborsi dilakukan secara tidak aman. Legalkan aborsi, demikian nasehat paling utama dari Women on Waves, organisasi Belanda yang membela praktek aborsi aman.
Pada 2008, diseluruh dunia ada 43,9 juta kasus aborsi. Hampir separuh dari aborsi itu dilakukan dalam situasi berbahaya. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Guttmacher Institut dan Badan Kesehatan Dunia WHO (http://www.guttmacher.org/pubs/Abortion-Worldwide.pdf). Jumlah aborsi secara keseluruhan stabil.
Ilegal
Rebecca Gomperts dengan organisasinya Women on Waves (http://www.womenonwaves.org/) membantu para wanita di negara-negara yang melarang aborsi. Gomperts mengerti kenapa terjadi peningkatan aborsi tidak aman: “Terutama di negara-negara yang melarang aborsi, prakteknya tidak aman. Praktek-praktek tersebut dilakukan oleh para perempuan itu sendiri, misalnya dengan melompat dari tangga, memakai perajut atau pergi ke orang yang tidak mendapat pelatihan yang memadai. Namun demikian, tidak semua aborsi illegal tidak aman.”
Gomperts merujuk pada obat Misoprostol: pil yang bisa memacu aborsi dan bisa dibeli oleh perempuan itu sendiri. “Pil ini sebenarnya dipakai untuk obat penyakit lambung. Tapi, karena pemerintah tahu kalau Misoprostol bisa dipakai untuk tujuan lain, sekarang perempuan di berbagai negara seperti Thailand, Brasil dan Filipina sejak beberapa tahun terakhir tidak bisa lagi mendapatkan pil itu. Oleh karena itu di negara-negara tersebut terjadi peningkatan kasus aborsi tidak aman.”
Sembunyi-sembunyi
Menurut WHO, satu dari delapan wanita yang melakukan aborsi tidak aman akhirnya meninggal dunia. 8,5 juta wanita di negara-negara berkembang butuh pertolongan medis setelah melakukan aborsi tidak aman. Gabie Raven dari Persatuan Dokter Aborsi di Belanda tahu benar praktek-praktek tersebut. “Saya pernah bekerja di Afrika. Di sana mereka memakai obat-obatan tradisional untuk aborsi. Itu sama sekali tidak aman. Tapi, hal ini sudah terjadi sejak lama. Mengejutkan ternyata selama ini tidak ada perbaikan.”
Delapan dari sepuluh wanita di negara-negara berkembang menghadapi masalah berkaitan dengan undang-undang aborsi yang ketat. Menurut Raven karena dianggap illegal, aborsi justru sering terjadi dalam kondisi yang berbahaya. “Aborsi yang dibantu orang berpengalaman pun beresiko komplikasi. Di Belanda kita sudah punya penanganan, tapi kalau aborsi dilakukan sembunyi-sembunyi maka akibatnya bisa fatal.”
Penerangan
Legalisasi sangat penting untuk membatasi aborsi tidak aman. “Sangat penting aborsi dilegalkan. Tapi, itu susah direalisasikan. Para wanita di negara-negara di mana aborsi dilarang perlu mendapat informasi bagaimana mereka bisa melakukan aborsi aman dengan pil,” kata Raven.
Penerangan tentang alat-alat KB juga perlu untuk menekan angka kehamilan yang tidak diinginkan. Menteri Muda Kerjasama Pembangunan Belanda Ben Knapen melihat peran Belanda dalam hal ini. “Beda dengan negara-negara lain di dunia kita bisa membahas masalah-masalah yang dianggap tabu seperti aborsi dan seksualitas. Buat saya kesehatan seksual adalah prioritas terutama untuk memberikan kesempatan kepada wanita remaja dan dewasa untuk bisa menentukan sendiri masalah kehamilan dan seksualitas. Kita tahu itu berujung pada berkurangnya tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan kematian ibu.”
source: http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/aborsi-lebih-baik-dilegalkan-saja
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar