Rabu, 27 April 2011

“Kitab Kuning”, Apa Yang Terbayang Dalam Benak Anda ?





Apakah Kitab Kuning seakan-akan suatu “Momok” yang menakutkan, ketika ada seorang ustadz yang menerangkan bahwa ilmu-ilmu yang dimilikinya berasal dari kitab kuning ? Kitab Kuning, disebut kitab kuning karena kertas buku yang berwarna kuning yang pada asal muasalnya dibawa dari Timur Tengah pada awal abad kedua puluh dan ditulis dengan huruf arab atau di Indonesia ditulis ulang dengan huruf Arab versi Melayu atau sesuai dengan daerah setempat. Misalnya : versi Jawa; ditulis dengan huruf Arab tetapi dengan bahasa Jawa. Versi Sunda, versi Melayu dll. Karena warna kertasnya berwarna kuning, akhirnya untuk memudahkan penyebutan kitab tersebut, maka dikatakan “Kitab Kuning”, yaitu hakikat sebenarnya suatu kitab atau buku yang kertasnya berwarna kuning. Buku atau kitab ini umumnya diajarkan di Pondok-pondok Pesantren Tradisional.

Buku Putih, disebut buku putih karena kertas buku yang berwarna putih, dan ditulis pada umumnya menggunakan huruf Latin. Bisa jadi hasil dari terjemahan kitab kuning tadi. Bisa juga berupa buku yang ditulis bersumber dari berbagai referensi (maraji’) dengan berbahasa Indonesia sehingga menjadi lebih mudah dimengerti dan dipahami bagi kalangan pembaca yang tidak mengerti bahasa Arab atau tidak bisa membaca tulisan yang menggunakan huruf Arab, baik versi Arab asli atau Arab Melayu dll. Namun perlu diperhatikan ! walaupun merupakan terjemahan, akan tetapi sesuai dengan maksud teks buku aslinya. Sumber pengambilan (referensi/maraji’) jelas, dan dapat dilacak sesuai teks buku aslinya bagi yang mengerti bahasa Arab. Buku ini juga memuat huruf Arab, terutama ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits, hanya saja dengan terjemahan huruf Latin.

Ummat Islam Indonesia menggunakan kata yang berbeda untuk menyebut buku-buku yang ditulis dengan huruf Latin dan huruf Arab. Untuk buku-buku yang berhuruf Latin, mereka menyebutnya “Buku”, sedangkan yang berhuruf Arab, mereka menyebutnya “Kitab”.

Format Kitab Kuning yang paling umum dipakai lebih sedikit kecil dari kertas kuarto (ukuran 26 cm) dan tidak dijilid, tetapi ada juga yang dijilid. Lembarang-lembaran (koras-koras) yang tak terjilid tadi dibungkus kulit sampul, sehingga para santri dapat membawa hanya satu halaman yang kebetulan sedang dipelajari saja. Umumnya huruf arab ditulis atau dicetak tanpa mengunakan harakat (tanda baca), atau dikenal dengan istilah “Arab Gundul” atau “Pegon”.

Sebenarnya tidak berbeda seandainya kitab tadi dicetak dengan memakai kertas berwarna putih, hanya saja sebagian penerbit sengaja mencetak kitab-kitab tersebut di atas kertas berwarna kuning, karena tampaknya kitab berwarna kuning ini juga menjadi kelihatan lebih klasik di pikiran para pemakainya atau pembacanya. Bahkan harga kitab kuning cetakan versi Beirut misalnya, relative agak mahal harganya daripada cetakan versi Indonesia. Walaupun isi tidak ada perbedaan sama sekali.


Dibawah ini, contoh sebagian Judul-judul kitab kuning atau dianggap Kitab Kuning yang beredar di Indonesia:

Bidang Fiqh:

Fathul Mu’in, Ianah Thalibin, Taqrib, Fath Al Qarib al Mujib, Kifayatul Akhyar, Bajuri, Iqna’, Minhaj At Thalibin, Minhaj at Thullab, Fathul Wahab, Mahalli, Minhajul Qawwim, Safinah, Kasyifat Al Saja, Sullam al Taufiq, Tahrir, Riyadh al Badiyah, Sullam Munajat, Uqud al Lujain, Sittin/Syarah Sittin, Muhazzab, Bughyat al Mutarasyidin, Mabadi Fiqhiyah, Fiqh Wadih, Sabilal Muhtadin.

Bidang Ushul Fiqh :

Waraqat/Syarah al Waraqat, Lathaif al Isyarat, Jam’ul Jawami’, Luma’, Al Asybah wa al Nadhir, Bayan, Bidayah al Mujtahid,

Bidang Aqidah :

Ummul Barahin, Sanusi, Dasuqi, Syarqawi, Kifayatul Awam, Tijanud Daruri, Aqidatul Awam, Nuruzh Zhulam, Jauharut Tauhid, Tuhfatul Murid, Fathul Majid, Jawahirul Kalamiyah, Husnul Hamidiyah, Aqidatul Islamiyah.

Bidang Tata Bahasa Arab, Tajwid dan Logika :

1. Ilmu Sharf : Kailani/Syarah Kailani, Maqshud/Syarah Maqshud, Amtsilatut Tashrifiyyah, Bina’.

2. Ilmu Nahwu : Jurumiyah/Syarah Jurumiyah, Imrithi/Syarah Imrithi, Mutammimah, Asmawi, Alfiyah, Ibnu Aqil, Dahlan Alfiyah, Qatrun Nada, Awamil, Qawaidul ‘Irab, Nahwu Wadhih, Qawaidul Lughat.

3. Balagah : Jauharul Maknum, Hidayatus Shiban.

4. Mantiq : Sullamul Munauraq, Idhahul Mubham.

Bidang Tafsir Al Qur’an :

Tafsir Jalalain, Tafsirul Munir, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Baidhawi, Jamiul Bayan (Tafsir Thabari), Tafsir Maraghi, Tafsirul Manar.

Ilmu Tafsir : Itqan, Itmamud Dirayah

Bidang Hadits :

Bulugul Maram, Subulus salam, Riyadhus Shalihin, Shahih Bukhari, Tajridush Sharih, Jawahir Bukhari, Shahih Muslim/Syarah shahih Muslim, Arbain Nawawi, Majalisus Saniyah, Durratun Nasihin, Tanqihul Qaul, Mukhtarul Ahadits, Ushfuriyah, Baiquniyah, Minhatul Mugits.

Bidang Akhlaq dan Tasawwuf :

Ta’limul Muta’alim, Wasaya, Akhlaq lil Banat, Akhlaq lil Banin, Irsyadul Ibad, Ihya Ulumuddin, Sairus Salikin, Bidayatul Hidayah, Maraqil Ubudiyah, Hidayatus Salikin, Minhajul Abidin, Sirajut Thalibin, Al Hikam, Hidayatul Adzkiya, Kifayatul Atqiya, Risalatul Muawanah, Nashaihud Diniyah, al Azkar.

Sirah Nabawiyah :

Khulashah Nurul Yaqin, Barzanji, Dardir.
————————————————————————————————-
SEKILAS TENTANG KITAB KUNING

Kitab kuning adalah istilah yang disematkan pada kitab-kitab berbahasa Arab, yang biasa digunakan di banyak pesantren sebagai bahan pelajaran. Dinamakan kitab kuning karena kertasnya berwarna kuning.



Sebenarnya warna kuning itu hanya kebetulan saja, lantaran dahulu barangkali belum ada jenis kertas seperti zaman sekarang yang putih warnanya. Mungkin di masa lalu yang tersedia memang itu saja. Juga dicetak dengan alat cetak sederhana, dengan tata letak lay-out yang monoton, kaku dan cenderung kurang nyaman dibaca. Bahkan kitab-kitab itu seringkali tidak dijilid, melainkan hanya dilipat saja dan diberi cover dengan kertas yang lebih tebal.

Namun untuk masanya, kitab kuning itu sudah sangat bagus, ketimbang tulisan tangan dari naskah aslinya. Sampai hari ini sebenarnya kitab kuning masih ada dijual di toko-toko kitab tertentu. Sebab pangsa pasarnya pun masih ada, meski sudah jauh berkurang dengan masa lalu.

Yang menarik, harganya pun sangat bersaing. Bayangkan, kitab-kitab itu hanya dijual dengan harga Rp 5.000-an saja hingga Rp 10.000, tergantung ketebalannya. Padahal isinya tidak kurang ilmiyah dan bagus dari buku-buku mahal yang berharga jutaan. Kalau dibandingkan dengan cetakan modern, uang segitu hanya bisa buat beli buku saku tipis sekali.

Adapun dari sisi materi yang termuat di dalam kitab kuning itu, sebenarnya sangat beragam. Mulai dari masalah aqidah, tata bahasa Arab, ilmu tafsir, ilmu hadits, imu ushul fiqih, ilmu fiqih, ilmu sastra bahkan sampai cerita dan hikayat yang tercampur dengan dongeng. Keragaman materi kitab kuning sesungguhnya sama dengan keragaman buku-buku terbitan modern sekarang ini.

Secara umum, keberadaan kitab-kitab ini sesungguhnya merupakan hasil karya ilmiyah para ulama di masa lalu. Salah satunya adalah kitab fiqih, yang merupakan hasil kodifikasi dan istimbath hukum yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Para santri dan pelajar yang ingin mendalami ilmu fiqih, tentu perlu merujuk kepada literatur yang mengupas ilmu fiqih. Dan kitab kuning itu, sebagiannya, berbicara tentang ilmu fiqih.

Sedangkan ilmu fiqih adalah ilmu yang sangat vital untuk mengambil kesimpulan hukum dari dua sumber asli ajaran Islam. Boleh dibilang bahwa tanpa ilmu fiqih, maka manfaat Al-Quran dan As-Sunnah menjadi hilang. Sebab manusia bisa dengan seenaknya membuat hukum dan agama sendiri, lalu mengklaim suatu ayat atau hadits sebagai landasannya.

Maka ilmu fiqih adalah benteng yang melindungi kedua sumber ajaran Islam itu dari pemalsuan dan penyelewengan makna dan kesimpulan hukum yang dilakukan oleh orang-orang jahat. Untuk itu setiap muslim wajib hukumnya belajar ilmu fiqih, agar tidak jatuh ke jurang yang menganga dan gelap serta menyesatkan.

Salah satu media untuk mempelajari ilmu fiqih adalah dengan kitab kuning. Sehingga tidak benar kalau dikatakan bahwa kitab kuning itu menyaingi kedudukan Al-Quran. Tuduhan serendah itu hanya datang dari mereka yang kurang memahami duduk masalahnya.

Namun bukan sebuah jaminan bahwa semua kitab kuning itu berisi ilmu-ilmu syariah yang benar. Terkadang dalam satu dua kasus, kita menemukan juga buku-buku yang kurang baik yang ditulis dengan format kitab kuning. Misalnya buku tentang mujarrobat, atau buku tentang ramalan, atau tentang doa-doa amalan yang tidak bersumber dari sunnah yang shahih, atau cerita-cerita bohong yang bersumber dari kisah-kisah bani Israil , juga ditulis dalam format kitab kuning.

Jenis kitab kuning yang seperti ini tentu tidak bisa dikatakan sebagai bagian dari ilmu-ilmu keIslaman yang benar. Dan kita harus cerdas membedakan matreri yang tertuang di dalam media yang sekilas mungkin sama-sama sebagai kitab kuning. Dan pada hakikatnya, kitab kuning itu hanyalah sebuah jenis pencetakan buku, bukan sebuah kepastian berisi ilmu-ilmu agama yang shahih. Sehingga kita tidak bisa menggeneralisir penilaian kita tentang kitab kuning itu, kecuail setelah kita bedah isi kandungan materi yang tertulis di dalamnya.

Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar