Selasa, 12 April 2011

Lele Ongkosi Gugatan Buruh Indosiar













Kolam lele di Ciawi membantu Serikat Karyawan Indosiar memenangkan gugatan terhadap perusahaan. Memperkecil ketergantungan buruh pada pemilik modal.

* Adrian Syahalam / Angga Haksoro
* 16 Maret 2011 - 17:2 WIB

Menjaga stamina perjuangan. Siasat menolak kalah.

Lebih dari setahun Serikat Karyawan Indosiar bolak balik masuk ruang sidang pengadilan. Menggugat perusahaan karena menskorsing 150 karyawan yang ngotot berserikat.

Sejak akhir 2009, Sekar Indosiar berjuang agar perusahaan mempekerjakan kembali karyawan yang diskorsing. Upaya meminta bantuan ke Dinas Tenaga Kerja dan anggota DPR tidak membuahkan hasil.

Perusahaan malah ngotot memecat karyawan. Sidang mediasi buntu. Upaya hukum berlanjut ke sidang perdata dan karyawan menggutan perusahaan membayar ganti rugi Rp 126.251.250.

Seperti menggantang asap, PT Indosiar Visual Mandiri tak menggubris tuntutan karyawan. Mereka bersikeras memecat anggota Sekar Indosiar. Manajemen perusahaan bahkan membentuk serikat pekerja tandingan.

Hingga pada sidang akhir Januari 2011, Hakim Ketua PN Jakarta Barat, Jannes Aritonang menjawab gugatan para pekerja. Pengadilan menghukum PT Indosiar meminta maaf kepada karyawan karena melarang pendirian serikat pekerja.

Jannes juga menghukum PT Indosiar membayar ganti rugi Rp 2 juta per hari, bila tidak memuat permintaan maaf tersebut di media cetak dan eletronik selama dua minggu berturut-turut.

Selama satu tahun bersengketa, nasib para karyawan yang dipecat terserak. Sebagian menyambung nyawa dengan bekerja sana-sini sebagai pekerja lepas.

Rata-rata karyawan yang dipecat sudah berkeluarga. Ada banyak mulut yang harus disuapi. Dan kebutuhan ini tak bisa menunggu vonis pengadilan.

Beberapa anggota Serikat Karyawan Indosiar putar otak. Mereka sepakat menyisihkan sebagian pendapatan untuk modal usaha bersama. Hasilnya digunakan untuk ongkos berjuang di pengadilan dan sedikit membantu anggota yang tidak bekerja.

Dari urunan 22 anggota yang diskorsing, terkumpul modal Rp 23 juta. Usaha yang dipilih pemeliharaan ikan lele Sangkuriang di kediaman Haji Marwan di Desa Cirangkong, Ciawi, Bogor.

Haji Marwan peternak lele yang terbilang sukses di Ciawi. Ternak lele Sangkuriang dipilih selain potensi untungya besar, pemeliharaannya lumayan mudah. Tidak butuh kolam besar, ikan lele dapat dipelihara di kolam yang dilapisi terpal.

“Pembiakan dan pembibitan dapat dilakukan di kolam. Mirip metode pembiakan di empang,” kata Haji Marwan.







Usaha ini kata Dicky Irawan, Ketua Sekar Indosiar dirintis Juli 2010. Menurut dia usaha ini menyiasati masalah ekonomi anggota Sekar Indosiar selama manajemen perusahaan masih alergi menerima kehadiran anggota serikat pekerja.

”Manajemen perusahaan kayaknya sih nggak mau tahu. Kami datang ke kantor saja diusir,” kata Dicky.

Usaha dijalankan menggunakan konsep kemitraan. Semua pihak sama-sama setor modal. Tiap anggota Sekar Indosiar dikenai kewajiban menjaga kolam di Ciawi seminggu sekali. ”Tapi penunjukan itu sifatnya sukarela,” ujar Dicky.

Bibit lele Sangkuriang ukuran 1 sampai 2 centimeter dibeli Rp 55 per ekor. ”Untuk bibit lele yang lebih besar ukuran 7 sampai 8 centimeter harganya Rp 265 per ekor,” kata Yanri Silitonga, yang ketika masih aktif di Indosiar menjadi reporter divisi pemberitaan.

Menurut Yanri, lele Sangkuriang dapat diternak di kolam ukuran 2x8 meter persegi. Namun jumlah lele yang diternak harus disesuaikan dengan ukuran kolam.

Untuk kolam ukuran 2x8 meter persegi, jumlah lele yang diternak tidak boleh lebih dari 1.600 ekor. Setelah dipelihara 40 sampai 60 hari, lele dapat dipanen dengan bobot 7 sampai 8 ekor per kilogram.

Pada panen terakhir, ternak lele milik Sekar Indosiar merugi. ”Kemarin kena penyakit sehingga banyak yang mati. Jadi belum bisa dijadikan contoh keberhasilan yang pantas ditularkan, tapi semangat kebersamaannya bagus,” ujar Dicky.


Anggota Serikat Karyawan Indosiar kini masih memperjuangkan agenda sidang lainnya di Pengadilan Hubungan Industrial Jakarta. Stamina perjuangan harus diatur baik-baik karena perjalanan masih panjang.

“Bisa juga serikat pekerja di Jakarta mengadopsi cara kami. Biar tidak terlalu bergantung pada perusahaan,” kata Dicky Irawan yang pernah dinobatkan sebagai karyawan teladan Indosiar. (*)

Foto: Dokumentasi Sekar Indosiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar