Selasa, 15-11-2011
Jakarta- Direktur Sekolah Sarjana UIN Syarif Hidayataullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra menyambut baik dianugerahkannya Buya Hamka menjadi Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada 8 November lalu.
Ketika berbicara pada Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Prof. Dr. Buya Hamka di Aditorium UHAMKA, Jakarta, 12 November , Azyumardi menegaskan bahwa Buya Hamka merupakan sosok tokoh yang lengkap dan kompleks dalam kehidupan umat dan bangsa Indonesia.
“Buya Hamka adalah tokoh otodidak bergerak dalam berbagai lapangan kehidupan sejak dari kesusastraan, pendidikan, dakwah, politik dan perjuangan melawan kebatilan kolonialisme pra dan pasca kemerdekaan, termasuk perjuangan menegakkan kebenaran pada masa Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto,”ujarnya.
Menurut Azyumardi, keulamaan dan kejuangan Buya Hamka itu banyak mengikuti jejak ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah atau yang dikenal dengan Haji Rasul. Haji rasul merupakan salah satu tokoh gerakan modernis Islam pada dasawarsa awal abad 20. Ia juga tokoh yang gigih menentang Belanda. Selain gigih menentang Belanda, ia juga enggan melakukan seikerei atau membungkuk badan di pagi hari untuk menghormati Kaisar Tenno Heika.
Akibat sikapnya itu, ia dipenjara oleh Belanda dan Jepang.
“Seperti ayahnya begitulah Buya Hamka” ujar Azyumardi. Ditengah keterlibatnnya yang intens dalam dunia kesusastraan, keilmuan dan keulamaan, Buya Hamka juga aktif mewujudkan aktivisme politik dan kejuangannya.
Menurut Azyumardi, awalnya Buya Hamka aktif terlibat dalam Sarekat Islam (SI) di Padangpanjang tahun 1925. Buya Hamka melihat SI sebagai kekuatan sosial (keagamaan) Islam yang tangguh menghadapi kolonialisme Belanda.
Selain aktif di SI ia juga aktif berjuang melawan Belanda saat menjabat konsul Muhammadiyah di Makasar dan Medan tahun 1936.
Di dalam buku otobiografinya yang berjudul Kenang-Kenangan Hidup (jilid 4), Buya Hamka menceritakan kiprahnya dalam bergerilya di hutan sekitar Medan dan Sumatra Barat. Ia menjadi penghubung krusial di antara kaum ulama dengan kelompok-kelompok pejuang lainnya.
Kiprah Buya Hamka dalam perjuangan nasional sepanjang 1945-1949, lanjut Azyumardi kian meningkat berbarengan dengan terjadinya perang revolusi menentang kembalinya Belanda ke tanah air. Tahun 1947, Buya Hamka diangkat menjadi Ketua Barisan Pertahanan Nasional bersama Rasuna Said. Selain itu, ia juga diangkat oleh Bung Hatta sebagai Sekretaris Front Pertahanan Nasional.
Keaktifan Buya Hamka dalam perjuangan kemerdekaan dilanjutkan dengan membentuk Badan Pembela Negara dan Kota (BPNK) yang nerupakan barisan perlawanan gerilya terbesar di wilayah Sumatera Barat. Azyumardi menegaskan keaktifan Buya Hamka dalam perjuangan kemerdekaan ini berdasarkan pada prinsip pokok yang dipegangnya.
Buya Hamka meyakini bahwa kemerdekaan bangsa sangat mutlak dalam mewujudkan dan meninggikan kemerdekaan diri, yang merupakan keutamaan dan kebajikan pokok bagi setiap muslim. Menurut Buya Hamka kemerdekaan diri mestilah bersumber dari tauhid. Kemerdekaan bangsa bisa terwujud jika umat Islam memiliki kemerdekaan diri atas dasar tauhid.
Tanpa itu, kemerdekaan bangsa akhirnya dapat hancur berkeping-keping.
Aktivisme kejuangan Buya Hamka, lanjut Azyumardi dilanjutkan ketika dia terpilih lewat partai Masyumi sebagai anggota Konstituante pada Pemilu 1955.
Meski pada awalnya, ia berjuang menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam, ia legowo dan selanjutnya menerima Pancasila sebagai dasar negara dan demokrasi sebagai sistem politik.
Di masa Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno, Buya Hamka berseberangan.
Dan akhirnya di penjara. Meski dipenjara tanpa di siding, dia terus aktif melakukan perjuangan menyampaikan kebenaran. Ketika Orde Baru berkuasa, dia pun tetap memegang teguh integritas sebagai ulama. Dia berseberangan dengan Presiden Soeharto saat mengeluarkan Fatwa Natal yang sangat tidak disukai oleh pemerintah.
SOURCE: (www.uhamka.ac.id)
Senin, 14 November 2011
'NU Perlu Kelas Borjuasi Besar'
Pemahaman Islam, terutama oleh negara-negara Barat selama ini masih dikatagorikan dalam ‘Islam baik’ dan ‘Islam buruk’ bergantung kepentingan yang diusung.
Pemahaman ini dilakukan berdasarkan pendekatan kultural, yang mengakibatkan makna Islam sesungguhnya tidak terungkap. Hal ini terangkum dalam kuliah umum yang digelar Lajnah Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) bekerjasama dengan FISIP UI dan Murdoch University, di Universitas Indonesia Kampus Depok (14/11/11).
Hadir sebagai pembicara tunggal adalah Prof. Vedi Hadiz. "Kajian Islam dari aspek kultural itu termasuk kuno, karena itu dihasilkan Clifford Geertz, Robert Hefner dan lainnya, yang bagi saya itu sesungguhnya kajian yang tidak mengerti Islam," tegas Vedi membuka paparannya.
Menurut Vedi Islam bukan agama yang bisa dipahami dengan kultur gurun pasir. Islam di era modern harus dipahami dengan pendekatan perjuangannya di abad modern, dengan konflik-konflik sosial di era modern. "Literatur tentang Islam yang ada saat ini sangat menyebalkan, karena itu kita perlu riset-riset baru. Jangan malas," pesan Vedi tegas. Vedi menambahkan bahwa dunia Islam saat ini telah memunculkan kelompok yang dia istilahkan New Islamic Populism (NIP).
Kelompok ini mempunyai basis sosial kuat, yaitu kelas sosial baru yang terdidik dan kaum miskin kota. "Keduanya adalah produk modernitas sekaligus korban modernitas," tambahnya. Vedi juga menyoroti posisi Nahdlatul Ulama yang selalu berada di sekitar kekuasaan. Sikap akomodatif NU terhadap penguasa di setiap rezim mempengaruhi corak perubahan sosial di Indonesia.
Sikap NU juga berimplikasi mempersulit kelahiran kelas borjuasi baru yang kuat di lingkungannya sendiri. "Gerakan politik Islam di Indonesia lebih hebat dari Mesir, tapi masih kalah hebat dibanding Turki. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi capaian ini adalah NU masih dalam proses transformasi dari borjuasi kecil menuju borjuasi besar. Proses ini sudah lama dan kita belum tahu di masa depan apakah bisa berhasil. Ketidakpastian masa depan ini disebabkan sikap NU yang akomodatif terhadap penguasa," pungkas Vedi.
SOURCE: www.nu.or.id
Pemahaman ini dilakukan berdasarkan pendekatan kultural, yang mengakibatkan makna Islam sesungguhnya tidak terungkap. Hal ini terangkum dalam kuliah umum yang digelar Lajnah Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) bekerjasama dengan FISIP UI dan Murdoch University, di Universitas Indonesia Kampus Depok (14/11/11).
Hadir sebagai pembicara tunggal adalah Prof. Vedi Hadiz. "Kajian Islam dari aspek kultural itu termasuk kuno, karena itu dihasilkan Clifford Geertz, Robert Hefner dan lainnya, yang bagi saya itu sesungguhnya kajian yang tidak mengerti Islam," tegas Vedi membuka paparannya.
Menurut Vedi Islam bukan agama yang bisa dipahami dengan kultur gurun pasir. Islam di era modern harus dipahami dengan pendekatan perjuangannya di abad modern, dengan konflik-konflik sosial di era modern. "Literatur tentang Islam yang ada saat ini sangat menyebalkan, karena itu kita perlu riset-riset baru. Jangan malas," pesan Vedi tegas. Vedi menambahkan bahwa dunia Islam saat ini telah memunculkan kelompok yang dia istilahkan New Islamic Populism (NIP).
Kelompok ini mempunyai basis sosial kuat, yaitu kelas sosial baru yang terdidik dan kaum miskin kota. "Keduanya adalah produk modernitas sekaligus korban modernitas," tambahnya. Vedi juga menyoroti posisi Nahdlatul Ulama yang selalu berada di sekitar kekuasaan. Sikap akomodatif NU terhadap penguasa di setiap rezim mempengaruhi corak perubahan sosial di Indonesia.
Sikap NU juga berimplikasi mempersulit kelahiran kelas borjuasi baru yang kuat di lingkungannya sendiri. "Gerakan politik Islam di Indonesia lebih hebat dari Mesir, tapi masih kalah hebat dibanding Turki. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi capaian ini adalah NU masih dalam proses transformasi dari borjuasi kecil menuju borjuasi besar. Proses ini sudah lama dan kita belum tahu di masa depan apakah bisa berhasil. Ketidakpastian masa depan ini disebabkan sikap NU yang akomodatif terhadap penguasa," pungkas Vedi.
SOURCE: www.nu.or.id
Labels:
EKONOMI SYARIAH
Warga Saudi Dihukum Mati
Pria Arab Saudi yang dituduh membunuh seorang temannya dihukum pancung, Ahad (13/11/2011) di Najran, di wilayah selatan negara itu. Demikian pengumuman resmi yang dikeluarkan kementerian dalam negeri Saudi.
Dengan pemancungan terakhir itu, jumlah orang yang dieksekusi di Arab Saudi tahun ini mencapai sedikitnya 68. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita SPA, kementerian itu mengatakan, Mohammed al-Jawad terbukti bersalah menembak mati Ali al-Yami.
Pada 11 Oktober, kantor HAM PBB mengungkapkan keprihatinan pada Arab Saudi atas eksekusi 10 orang, termasuk delapan warga Bangladesh, dan mendesak negara kerajaan itu membekukan hukuman mati. Kedelapan orang Bangladesh itu dipancung Sabtu (8/10) karena mencuri barang dari sebuah gudang dan meninggalkan penjaganya yang berkebangsaan Mesir tewas. Pada hari yang sama, dua warga Saudi juga dipancung.
SOURCE: nu.or.id
Dengan pemancungan terakhir itu, jumlah orang yang dieksekusi di Arab Saudi tahun ini mencapai sedikitnya 68. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita SPA, kementerian itu mengatakan, Mohammed al-Jawad terbukti bersalah menembak mati Ali al-Yami.
Pada 11 Oktober, kantor HAM PBB mengungkapkan keprihatinan pada Arab Saudi atas eksekusi 10 orang, termasuk delapan warga Bangladesh, dan mendesak negara kerajaan itu membekukan hukuman mati. Kedelapan orang Bangladesh itu dipancung Sabtu (8/10) karena mencuri barang dari sebuah gudang dan meninggalkan penjaganya yang berkebangsaan Mesir tewas. Pada hari yang sama, dua warga Saudi juga dipancung.
SOURCE: nu.or.id
Labels:
HAK ASASI MANUSIA
Sabtu, 12 November 2011
Album baru & Sejarah POWER METAL
Lama vakum dan setelah 6 tahun sibuk dengan kegiatan masing-masing, grup musik era 80-90an Power Metal kembali berkumpul. Desember 2010 lalu, mereka merelease album anyar bertajuk Power Metal IX.
Ada yang berubah dalam album ini. Arul Efansyah memang masih tak tergantikan untuk mengisi vokal, meski sempat tak aktif beberapa lama dan digantikan vokalis lainnya ketika grup ini vakum. 3 pemain baru, mengisi 3 punggawa lama yang absen pada album ini. Mereka adalah Sababa (bass), Ekko Dinaya (drum) dan Sastro Adi (keyboard).
Khusus Eko Dinaya, sudah ikut andil di album sebelumnya di tahun 2004, KebesaranMu.
Yang unik, adalah 2 gitaris andal yang sempat keluar masuk Power Metal, kini bergabung, saling mengisi dan memberi warna baru. Keduanya adalah Ipunk dan Lucky Setyo. Bersama mereka berdua berpadu memainkan double guitar.
Baru kali inilah, Power Metal memainkan 2 gitar. Ipunk, adalah gitaris yang mengharubiru dunia musik rock tanah air di era akhir 80an dan 90an. Ia berperan penting dalam kelahiran album pertama Power Metal – Power One.
Dari album ini, banyak lagu yang akhirnya tersimpan apik di memori penggemarnya. Sebut saja lagu berjudul Angkara, Satu Jiwa, Cita yang Tersita, Bayangan Dirimu hingga Pengakuan yang religius itu.
Ipunk sempat keluar dari Power Metal dan bergabung dengan Andromedha, band asal Surabaya yang saat itu, juga memberi warna peta musik rock negeri ini. Lain lagi dengan Lucky Setyo.
Sebelum bergabung dengan Power Metal di awal 1993an, ia memegang gitar di grup Andomedha.
Singkatnya, Ipunk dan Lucky, saat itu – entah disengaja atau tidak – bertukar tempat. Sayatan gitar Lucky, tertoreh di sejumlah lagu yang cukup membekas di hati fans fanatik Power Metal. Lagu Sirna, Memori Jingga, Timur Tragedi, Egosentris, Bidadari hingga Sungguh adalah sebagian buah keterampilan Lucky memainkan melodi gitar.
Nah, di album anyar ini, mereka berdua bergabung, bahu membahu untuk memuaskan dahaga penggemarnya yang sudah lama menunggu kiprah mereka kembali.
“Sang Waktu dan Keyakinanku”
Mengusung 10 tembang gres, hanya satu lagu yang repackage. Lagu Satu Jiwa yang memiliki speed yang cepat, diolah kembali dengan sound dan irama yang agak berbeda. Coba simak permainan gitar Ipunk dan Lucky yang saling mengisi dalam lagu ini. Lagu yang berada pada side B empat ini, terasa lebih gahar.
Speed lagu tetap saja tak berubah dari bentuk aslinya. Warna suara Arul juga tak berubah, meski usianya sudah diatas 45 tahun. Memang, power suara agak berkurang, tapi itu tak mengurangi roh lagu ini.
“Ada 2 lagu yang jadi andalan di album ini”, ucap Arul di suatu malam di akhir Desember 2010 lalu, saat kami bertemu di bilangan Kalibata. Sang Waktu dan Keyakinanku.
Sang Waktu, menjadi penggebrak di album ini. Di posisi pertama, lagu Sang Waktu, sangat khas berbau Power Metal. Inilah warna asli Power Metal yang lama tak terdengar.
Ada sedikit warna Metallica di sana. Ditambah irama yang kencang. Raungan sound gitar yang galak dari Ipunk dan Lucky, bergantian menghias di sepanjang lagu. Lengkinan suara Arul juga dahsyat. Asyik pokoknya…
Lain lagi dengan lagu Keyakinanku, lagu andalan kedua, dimulai dari suara keyboard Sastro. Terasa manis dan syahdu. Tak kalah dengan Raymond Ariasz – pendahulunya, Sastro juga piawai memainkan jemarinya, tuts demi tuts.
Memilih jenis suara instrumen hingga menyusun melodi yang manis.
Festival Rock
Grup Power Metal berangkat dari ajang Festival Rock se Indonesia yang digelar Log Zhelebour di era tahun 80-90an. Kompetisi tahunan yang rutin digelar ini, kala itu, memang secara tidak langsung mendongkrak musik rock berkibar di blantika musik tanah air. Banyak daerah di Indonesia mengirimkan wakilnya untuk berlaga.
Final Festival tak hanya didominasi kelompok musik dari Pulau Jawa.
Puluhan grup band menjadi finalis, mengalahkan ratusan grup band lainnya untuk menjadi yang terbaik. Tercatat nama-nama Elpamas dari Malang, Valhalla dan New Chordex’s dari Medan, Three Brothers asal Bengkulu, Saltis dari Madura, Rudal dan Sahara dari Bandung, Big Boys dari Banjarmasin, Andromedha, Kamikaze dan Phytagoras dari Surabaya, CB Band dari Kediri, Kaisar dari Solo, Partha Putri dan Casanova dari Yogyakarta serta Whizz Kid dan Roxx dari Jakarta.
Selanjutnya, musik keras ini juga memunculkan nama-nama baru seperti Surabaya Rock Band, kakak beradik Adi Metal Band juga dari Surabaya serta Rolland Band Yogyakarta. Sebagian dari mereka kemudian eksis dan membuat album rekaman.
Setelah jadi finalis, Power Metal menjuarai ajang bergengsi pada Festival Rock se Indonesia ke V, di tahun 1990. Saat itu, Power Metal mengusung lagu Malapetaka dengan Pungki Diaz sebagai vokalis.
Tak berapa lama, Arul yang kala itu, juga tampil jadi finalis dengan grupnya Big Boys dari Banjarmasin, bergabung dan masuk ke Power Metal menggantikan Pungki yang pindah ke Andromedha.
Arul Efansyah – vokal, Ipunk – gitar, Prass Haddy – bass, Raymond Ariasz – keyboard dan Muggix Adam – drum. Merekalah formasi pertama ketika membuat album perdana, Power One. Nyaris semua lagu di album ini menjadi popular. Angkara, Satu Jiwa, Malapetaka, Cita yang Tersita, Bayangan Dirimu dan Pengakuan, semua teringat benar di benak para penggemarnya.
Album berikutnya, berturut-turut keluar satu persatu. Serigala, Power Demons, Power Works, Power Mission. Ipunk kemudian memutuskan keluar, dan diganti Lucky Setyo.
Masih produktif, mereka terus menggulirkan album demi album. Sempat pula mereka membikin album History of Power Metal dan 18 Greatest Hits di sekitar tahun 1995 hingga album terakhir KebesaranMu pada tahun 2004.
Seperti dinamika grup-grup musik di seluruh dunia, kesibukan masing-masing personil dan tuntutan menghidupi ekonomi keluargalah, yang akhirnya membatasi mereka untuk selalu berkomunikasi. Pertemuan antarpersonil, pun menjadi sebuah harta yang tak ternilai.
Dampaknya, produktivitas Power Metal juga kian surut. Kondisi itu kian diperparah dengan berubahnya selera musik tanah air. Musik rock yang dulu meraja, kian terkikis dengan hadirnya musik pop kreatif, ska, dangdut hingga boyband dengan mengusung K-Pop.
Raymond Ariasz, Muggix Adam, Prass Haddy (kemudian digantikan Fredi Rossi dan Endro Endrawan), akhirnya mundur satu persatu. Bulan lalu, kawan di Magelang memberiahu, kalau Muggix Adam kini bermukim di kota Magelang, Jawa Tengah bersama keluarganya. Sedangkan “Raymond Ariasz masih di Surabaya”, ujar Arul.
Dan baru Desember 2010 lalu, Power Metal berani melempar albumnya yang ke sembilan. Album baru tersebut ternyata memang benar-benar ditunggu penggemarnya. Sejak dilempar ke pasaran awal Desember, hingga akhir tahun sudah terjual dua ribuan kaset. “Padahal album ini belum dibantu video klip, karena baru saja kelar syuting”, tambah Arul.
Di tahun 2011 ini, sejumlah aksi bakal dilakukan Power Metal. Selain tur di beberapa kota untuk promosi album dan pembuatan video klip album baru, Power Metal juga bakal menggelontorkan mini album.
Rencananya, mini album tersebut akan dilempar dalam triwulan pertama tahun ini. Berikutnya, Power Metal akan kembali masuk dapur rekaman membuat album berikutnya. “Kami akan berduet dengan salah satu penyanyi rock wanita yang dulu pernah merajai negeri ini”, kata Arul, tanpa memberitahu siapa penyanyi yang dimaksud. Bisa jadi itu Nicky Astria, Mel Shandy, Hesty Brizha atau Ita Purnamasari? Entahlah… kita tunggu saja. Salam Satu Jiwa.
Labels:
MUSIK
Sabtu, 05 November 2011
Korban Bom Marriott Akan Buru Calon Teroris
Tubuhnya tak lagi utuh. Dua kakinya lenyap, lengan kanan remuk, badan penuh luka bakar.
Pada Jumat, 17 Juli 2001, ledakan keras menghantam Hotel JW Marriott, disusul kemudian ledakan serupa di hotel Ritz Carlton di sebelahnya.
Sembilan orang tewas saat itu, puluhan lainnya luka-luka.
Salah satu korban luka adalah Max Boon. Bom meledak saat ia sarapan di Marriott.
Tiga pekan ia sengaja dibiarkan koma. Saat bangun, ia menemukan tubuhnya tak lagi utuh. Dua kakinya lenyap, lengan kanan remuk, badan penuh luka bakar dan pecahan bom masih bersarang di dalam hatinya.
Dua tahun berlalu, alih-alih terjebak trauma, Boon memutuskan untuk kembali Indonesia untuk "memburu" teroris dengan tujuan mulia: deradikalisasi.
Ia berniat menemui calon-calon teroris. "Dengan pengalaman itu, saya ingin berbuat sesuatu untuk ikut memperbaiki dunia," kata pria 39 tahun itu, seperti dimuat Radio Nederland Siaran Indonesia.
Sejak Oktober 2009, Boon mengikuti terapi pemulihan di Pusat Revalidasi Militer, di Doorn, Belanda. "Di sini saya belajar berjalan menggunakan protese. Dan belum lama ini, saya mulai menggunakan sendi lutut buatan. Sejauh ini, semuanya berjalan mulus," kata dia.
Sembari melaksanakan revalidasi, ia bekerja sama dengan The International Centre for Counter-Terrorism (ICCT) di Den Haag, yang memunculkan gagasan untuk melakukan proyek antiterorisme itu.
"Kami akan berupaya meyakinkan calon teroris, bahwa dengan jalan kekerasan mereka tidak akan mencapai cita-cita yang mereka idamkan. Bahwa tindakan seperti itu hanya akan membuat sengsara orang lain.
Padahal, orang lain tersebut, ternyata dalam banyak hal, manusia seperti mereka juga."
Dengan bersemangat, Boon menyusun rencana, apa saja yang akan ia lakukan di Indonesia.
"Di Indonesia nanti, saya pertama-tama akan menyusun database korban teror. Saya juga akan membuat pedoman, bagaimana cara paling baik untuk menghubungi korban teror. Kami sudah berhubungan dengan beberapa organisasi korban teror di Indonesia. Atas dasar database tadi, kami akan memilih orang-orang yang mampu menceritakan pengalaman mereka dengan baik dan meyakinkan. Selanjutnya, orang-orang tersebut perlu mendapat bimbingan dan pelatihan. Dan jika perlu, bantuan psikolog. Karena, keterlibatan seperti itu, jelas tidak mudah."
Yang penting, kata Max Boon, korban sebaiknya warga Indonesia. Karena, bagi calon teroris asal Indonesia, kisah mereka akan lebih menyentuh hati, ketimbang pengalaman warga Amerika atau Belanda.
Ia menambahkan, setelah itu, korban, mantan teroris, dan pemuka agama akan turun ke tempat-tempat yang dianggap rawan perekrutan teroris. Di sana, para korban akan menceritakan penderitaannya, pemuka agama menyadarkan dengan sentuhan rohani. Dengan itu, dia berharap, orang-orang yang telah terpengaruh sadar. "Bahwa ledakan bom membuat orang sengsara, dan menyebar kebencian."
SOURCE: vivanews
Langganan:
Postingan (Atom)